[ SUGA ]
Seseorang tolong selamatkan aku dari rasa takut ini. Rasa takut yang menjalar di sekujur tubuhku, menghantui pikiranku, dan membekukan ototku.
Tiga tahun lalu, aku pergi meninggalkan Daegu untuk mengejar ambisiku, sebuah profesi yang disebut produser. Kala itu aku yang berusia 22 tahun bisa dikategorikan sebagai manusia yang nekat. Terjun ke Seoul, kota yang penuh impian.
Tidak ada yang pernah menyangka aku akan berhasil dalam waktu cepat. Keluargaku saja sempat tidak percaya saat kerja kerasku diapresiasi oleh masyarakat. Sosokku dianggap menarik di mata publik dan di tempat kerja pun aku disorot CCTV.
Tapi sebenarnya aku takut, jika suatu hari aku menggali kuburanku sendiri.
Aku sudah melakukan yang terbaik, selalu itu yang aku katakan pada diri sendiri. Aku sudah mencoba beribu kali, aku tahu itu. Aku harus jadi diri sendiri, aku harus tahu diri sendiri. Tidak ada waktu untuk mengurus orang lain, aku harus bertahan hidup di tempat ini.
Kegagalan pasti akan datang padaku. Di mana ada klimaks, pasti ada anti-klimaks. Di mana ada atas, pasti ada bawah. Waktu terus berjalan, hari-hari terus berganti. Dan aku takut.
Saat aku berbalik memandang masa lalu, aku sadar aku sudah berjalan sangat jauh. Begitu banyak orang yang mendukung dan menemaniku, tapi aku masih merasa sepi. Hatiku mencari sesuatu yang bisa melengkapiku sebagai laki-laki. Hatiku haus cinta.
"Suga?"
Suara ini, nada-nada ini. Getaran yang bisa membuat jantungku berdebar-debar, seakan musim semi adalah satu-satunya musim di dunia ini. Kupu-kupu yang seakan berterbangan dalam perutku karena sensasi luar biasa ini.
"Sudah?" tanyaku sambil tersenyum tipis. Aku menatap kedua mata perempuan yang sudah membuatku gila. Son Wendy.
"Sudah, kok. Aku sudah tanda tangan di halaman paling terakhir," ujar Wendy lalu dengan santai menyerahkan kembali lembar kontrak padaku.
Bulan Maret, bulan pertama musim semi. Aku berhasil membeli gedung di pusat Kota Seoul sebagai markas Century Music. Perusahaan rekaman yang belum berusia sebulan ini siap merilis lagu untuk masyarakat dunia.
Aku beruntung memiliki teman-teman yang bersedia membantuku membesarkan Century Music seperti anak kami sendiri. Namjoon sang produser sekaligus wakil direktur dari Century Music. Kami sudah kenal dan dekat sejak di Antena Records—tempat kami bekerja pertama kali.
Tim kreatif yang terdiri atas Hoseok dan Taehyung. Kemampuan mereka menvisualisasikan lagu dan menjual produk kami ke masyarakat luas tidak dapat diremehkan. Jika dalam medan perang, mereka adalah tentara yang siap bergerak begitu diberi strategi oleh Namjoon.
Lalu penyanyi pertama yang lahir dari Century Music, laki-laki muda bernama Jungkook. Datang ke Seoul setelah menyelesaikan kuliah di Busan, dia berhasil melampaui harapanku. Dia sudah kuanggap sebagai adik laki-lakiku.
Dan terakhir, yang baru saja bergabung adalah Wendy. Aku melihat bakat yang sangat jarang pada perempuan ini. Cara dia menyanyikan suatu lagu bisa menghipnotis siapa saja. Emosi Wendy bisa berubah hanya karena bait-bait lirik yang tersusun.
"Sudah resmi, ya? Selamat datang di Century Music, Wendy!"
Seruan Namjoon itu menjadi isyarat bagi Hoseok dan Taehyung untuk menebar confetti. Jungkook juga tidak mau kalah, ia mengeluarkan seloyang kue berukuran kecil dan meletakannya di meja.
Aku sudah sabar menghadapi mereka, sungguh. Seperti sekarang, mereka seenaknya menebar sampah dan mengadakan perayaan di ruang kerjaku. Mereka memang manusia yang tahu bagaimana cara bersenang-senang.
![](https://img.wattpad.com/cover/127726999-288-k597565.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Before the Concert ✔️
Fanfic[ COMPLETED ] 'Sequel dari After the Concert' Kembali pada waktu sebelum konser, di mana Suga berusaha membuat Wendy selalu tertawa. Ini kisah tentang dua manusia yang berusaha hidup bersama di Seoul. Dua manusia yang bertemu secara tidak sengaja ka...