[ WENDY ]
Sebenarnya bagaimana cinta bisa dikatakan berakhir? Karena menurutku, cinta itu tanpa akhir. Tanpa batas dan tanpa alasan.
Seperti kecintaanku terhadap musik. Aku tidak pernah merasa sangat antusias sampai Mama mengenalkan musik padaku. Rasa bahagiaku juga berada di puncaknya saat Papa pulang membawa sebuah gitar untuk aku mainkan.
Sejak saat itu, musik menjadi temanku. Aku tidak pernah merasa kesepian bahkan depresi karena musik. Aku bisa mengekspresikan berbagai perasaan melalui musik. Dan itu sangat cukup untuk membuat hatiku merasa ringan.
Tapi aku tidak menyangka aku akan sangat putus asa dan bergantung pada musik.
Apa kalian percaya jika aku katakan bahwa aku telah patah hati? Aku tidak pernah menyangka seseorang bisa membenciku sampai tidak mau berada di dekatku.
Siapa lagi kalau bukan Min Suga? Sepertinya aku sudah membuat Suga mencapai batas kesabarannya dalam menghadapiku. Dia benar-benar berkata bahwa dia tidak akan muncul lagi di hadapanku!
Kalau bukan karena tanggung jawabku sebagai seorang penyanyi, mungkin aku akan diam di rumah dan tidak pernah keluar lagi.
Patah hati yang begitu mendadak membuatku lari ke musik. Dan dalam waktu yang tidak singkat, aku berhasil membuat delapan lagu yang benar-benar mencerminkan isi hatiku.
Tentu saja aku tidak sendirian. Jeon Jungkook menemaniku di studio saat mengerjakan musik. Kami tidak setiap hari di studio karena kami juga mempunyai jadwal bernyanyi di festival dan berbagai acara. Kami akan selalu berusaha membuat lagu jika kami memiliki jadwal kosong.
"Kak Wendy, aku boleh dengar lagu kakak lagi?" tanya Jungkook dengan tangan yang menggenggam headphone. "Aku butuh pencerahan."
Aku yang masih sibuk dengan pensilku hanya mengangguk.
Ya, saat ini aku sedang menulis lagu kesembilan. Kata Jungkook, aku menulis lagu seperti Beethoven. Cepat, cerdas, dan sangat bervariasi. Tapi usiaku tidak sama dengan Beethoven saat awal karirnya. Usiaku sekarang adalah 24 tahun.
"Loh, kok, aneh?" tanya Jungkook heran membuat gerakan tanganku berhenti.
"Aneh kenapa?" tanyaku bingung saat Jungkook melepas headphone yang dia pakai.
Jungkook menggeleng. "Rasanya lagu Kak Wendy jadi beda dari yang terakhir kali aku dengar. Apa Kak Wendy memang sengaja mengubah beberapa bagian?"
Hah?
Aku tidak ingat mengubah laguku setelah Jungkook mendengarnya dua hari yang lalu. Jangan-jangan aku sudah mulai pikun? Aku bahkan lupa dengan musik yang aku kerjakan?
"Coba aku dengarkan," kataku akhirnya memakai headphone yang diberi oleh Jungkook.
Begitu aku menekan play, aku langsung sadar laguku terdengar berbeda dari sebelumnya. Tapi ini bukan hal yang buruk karena laguku bertambah bagus. Apa benar aku yang membuat komposisi ini? Aku tidak percaya.
"Wah, luar biasa," gumamku diikuti anggukan Jungkook. "Aku yang buat ini?"
Jungkook terkekeh. "Nggak ingat, Kak? Jangan bilang Kak Wendy mengerjakan ini sambil tidur. Tapi serius, bagus banget. Aku jadi terinspirasi."
Tidak hanya satu lagu, tapi kedelapan lagu yang sudah aku buat mengalami perubahan di beberapa bagian. Semua laguku terdengar matang dan sempurna. Terdengar seperti dikerjakan produser profesional.
Tunggu. Apa aku baru saja memuji diriku sendiri?
"Kalau begini aku bisa langsung mengajukannya di rapat besar," ujarku setelah melepas headphone. "Biasanya mini album ada berapa lagu, sih?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Before the Concert ✔️
Fanfiction[ COMPLETED ] 'Sequel dari After the Concert' Kembali pada waktu sebelum konser, di mana Suga berusaha membuat Wendy selalu tertawa. Ini kisah tentang dua manusia yang berusaha hidup bersama di Seoul. Dua manusia yang bertemu secara tidak sengaja ka...