[ IRENE ]
Dalam waktu kurang dari satu jam, aku bisa melesat dari tempat kerjaku menuju SBS TV yang berjarak lebih dari lima kilometer. Saat aku tiba dengan mobil yang dikemudikan oleh supirku, semua yang ada di luar gedung SBS TV tampak terkejut. Beberapa dari mereka berani berbisik sambil menatapku heran.
Tapi aku tidak memedulikan satu pun tatapan mereka yang mengikutiku hingga masuk ke dalam lobi. Aku segera berjalan menuju lantai tiga tempat salah satu acara musik sedang berlangsung. Apalagi kalau bukan SBS Inkigayo?
Dengan buru-buru, aku masuk ke dalam lift bersama para pegawai SBS TV. Beberapa pegawai tampak mengenaliku dan aku hanya bisa memasang wajah jutek. Tenang saja, aku sudah terbiasa dengan kondisi seperti ini.
Aku tahu aku tidak bisa memuaskan semua orang. Mungkin di depan kamera, aku terlihat sempurna, tapi sebenarnya aku adalah perempuan dengan tubuh yang tidak terlalu tinggi. Aku juga berkulit pucat, sama sekali tidak eksotis. Dan yang terutama adalah, aku sudah memiliki kekasih, yang bekerja sebagai asisten penulis naskah di tempatku berada saat ini.
Tujuanku datang kemari bukan untuk menemui kekasihku. Melainkan, aku datang untuk melihat Wendy bernyanyi secara langsung. Ya, hari ini, sahabatku itu memiliki jadwal tampil di SBS Inkigayo.
Seharusnya Mark sebagai kekasihku datang menemaniku menonton Wendy hari ini, tapi dia belum selesai kerja. Dia hanya bisa memberitahuku lokasi studio untuk SBS Inkigayo dan menjelaskan di mana pintu masuknya. Maka sesuai instruksi Mark, aku berhasil masuk ke studio melalui pintu khusus pegawai.
Dan kalian tahu? Aku tiba tepat waktu!
Senyumku mengembang begitu lebar menyaksikan Wendy yang sedang berdiri di atas panggung dan menyanyikan lagunya yang berjudul Someday. Apa kalian sudah mendengarkan lagunya? Percayalah, lagu Wendy sangat bagus. Lagu Someday bahkan berhasil menempati posisi 25 pada jam pertama perilisan di situs streaming Melon. Prestasi yang sangat membanggakan untuk pendatang baru.
Aku tidak mengambil duduk di salah satu kursi, melainkan berdiri dengan tegap dari barisan paling atas untuk menjadi saksi perjuangan Wendy. Sungguh, aku terharu. Berbulan-bulan, bahkan bertahun-tahun Wendy memimpikan hal ini. Menjadi penyanyi yang didengar oleh masyarakat.
Tiga menit lebih berlalu dan penampilan Wendy pun berakhir dengan tepuk tangan meriah. Mereka yang mendukung penyanyi lain juga menyoraki Wendy dan memuji penampilannya. Sorakan dari para penonton tidak berhenti hingga Wendy menghilang menuju belakang panggung.
Ah, aku ingin bertemu Wendy langsung. Aku segera mengirim pesan pada Mark, bertanya di mana pintu masuk menuju belakang panggung berada. Mark segera membalas pesanku dengan memberi arahan yang detail. Mark juga memberitahuku bahwa dia sudah selesai kerja dan bisa menyusulku ke belakang panggung SBS Inkigayo.
Mark memberitahuku bahwa sebenarnya hanya orang-orang tertentu yang bisa masuk ke belakang panggung. Mereka tidak memiliki badge atau kalung khusus untuk membedakan mana panitia dan mana penonton biasa, tapi petugas keamanan bisa tahu mana yang mencurigakan dan mana yang berkepentingan.
Aku menarik napas panjang dan berkonsentrasi untuk berdiri tegap. Aku berjalan tanpa melirik ke kanan maupun kiri. Tubuhku melalui kerumunan dengan sigap dan cepat. Aku sengaja berjalan sebagaimana aku berjalan di panggung fashion show, agar petugas keamanan terkecoh.
Belakang panggung SBS Inkigayo ternyata jauh lebih luas daripada belakang panggung fashion show. Ada banyak ruangan dan juga orang-orang yang berkeliaran. Di sini, semua orang berjalan dengan terburu-buru, seakan dikejar oleh waktu. Ini memang resiko dari acara musik yang ditayangkan secara langsung.
KAMU SEDANG MEMBACA
Before the Concert ✔️
Fiksi Penggemar[ COMPLETED ] 'Sequel dari After the Concert' Kembali pada waktu sebelum konser, di mana Suga berusaha membuat Wendy selalu tertawa. Ini kisah tentang dua manusia yang berusaha hidup bersama di Seoul. Dua manusia yang bertemu secara tidak sengaja ka...