[ SUGA ]
Aku hanya penasaran, apa aku punya kesempatan. Aku ingin mengenalmu lebih jauh.
Sebulan lebih sudah berlalu sejak kalimat itu terucap dari bibirku. Ah, aku pasti sedang gila saat itu. Andai aku bisa memutar kembali waktu, aku ingin mencegah diriku mengatakannya.
Bagaimana tidak, kalimat itu tidak seperti diriku. Aku tidak pernah seagresif itu saat menyatakan apa yang aku mau. Aku ingin mendekati perempuan itu perlahan, agar dia bisa menyukaiku. Bukan terang-terangan seperti itu.
"Lihat! Lihat! Hujan pertama tahun ini!" seru Yeri girang sambil membuka tirai ruangan.
"Hei, aku sudah tahu! Di internet juga sudah tersebar! Cepat tutup tirainya!" sahut Jungkook ikut berteriak.
Huh, berisik sekali dua anak muda itu. Suara mereka bahkan mengalahkan derasnya hujan. Kalau hari ini bukan hari untuk pesta, aku pasti sudah menegur mereka.
Ya, pesta. Bukan pesta mewah di hotel. Kami para pegawai Century Music membuat pesta kecil untuk memperingati 100 hari berdirinya Century Music. Pesta ini juga dilakukan untuk merayakan Jungkook yang sudah menyelesaikan promosi untuk mini album pertamanya.
Kami mengadakan pesta di bioskop Century Music. Hanya dengan beralas karpet dan satu layar projector di bagian depan. Oh, ya, ada sebuah meja setinggi lutut di tengah ruangan, tempat makanan ringan berada. Juga sofa dan bantal untuk bersantai.
"Jimin, pizza-nya sudah datang. Tolong kamu ambil di lantai satu," perintah Seokjin yang sibuk memastikan semua makanan sudah ada di meja.
Sang pegawai multifungsi, Park Jimin, segera berlari menuju pintu keluar bioskop. Sebelum laki-laki itu keluar secara sempurna, aku pun berseru, "Tolong panggilkan Wendy juga, dia ada di studio."
Entah ini hal bagus atau buruk, tapi hubunganku dengan Wendy tidak mengalami perkembangan apapun sejak aku mengatakan kalimat agresif itu. Sepulang dari Daegu, Wendy sering menghabiskan waktu di studio untuk membuat lagu.
Sedangkan diriku tidak bisa sering menemani Wendy karena setumpuk pekerjaan. Aku juga harus pulang minimal seminggu sekali ke Daegu untuk menghabiskan waktu bersama keluargaku. Inti dari semua ini adalah, aku dan Wendy tetap berteman baik.
Tentang keluarga, aku bersama Kak Sora dan Kak Sungkyung merancang acara berbeda untuk orang tua kami di setiap akhir pekan. Kami pernah mengadakan pesta BBQ, nonton film di bioskop, jalan-jalan ke pantai, dan masih banyak lagi. Aku bertekad membuat Ayah dan Ibu berbicara sesering mungkin.
Siapa sangka keretakan keluarga kami dapat diatasi perlahan hanya dengan saling berbicara. Memang benar kata orang bijak, kunci dari suatu hubungan yang awet adalah komunikasi.
"Suga," panggil Namjoon sambil menyenggol bahuku. "Nggak ikut berdoa kayak mereka?"
Jari Namjoon menunjuk Hoseok, Taehyung, Jungkook, Yeri, dan Jin yang sedang berdoa di hadapan jendela yang menampilkan hujan di Kota Seoul. Kami para masyarakat dari negara-negara Asia Timur memiliki kepercayaan bahwa berdoa untuk hal pertama di setiap tahun adalah hal yang baik.
Matahari terbit pertama. Hujan pertama. Salju pertama. Konon jika kita berdoa saat peristiwa itu terjadi, maka apa yang kita harapkan akan terkabul. Dan kalian tahu apa yang akan terjadi jika kalian tidak melakukannya?
"Nggak," jawabku acuh. "Itu, 'kan, cuma legenda kuno."
Namjoon terkekeh, "Awas, Ga. Dewa Hujan bakal iseng ke kamu."
Nah, itu dia jawabannya. Konon jika kita tidak berdoa, kita dianggap tidak bersyukur akan berkah yang diberikan. Jadi, Dewa akan iseng dan membuat kecelakaan kecil sebagai bentuk hukuman untuk mereka yang tidak berdoa. Tentu saja aku tidak percaya juga.
![](https://img.wattpad.com/cover/127726999-288-k597565.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Before the Concert ✔️
Fanfiction[ COMPLETED ] 'Sequel dari After the Concert' Kembali pada waktu sebelum konser, di mana Suga berusaha membuat Wendy selalu tertawa. Ini kisah tentang dua manusia yang berusaha hidup bersama di Seoul. Dua manusia yang bertemu secara tidak sengaja ka...