[ WENDY ]
Aku tidak pernah menyangka akan datang lagi hari di mana Suga mau mengantarku pulang dengan mobilnya. Aku pikir dia sudah benar-benar... Kalian tahu, 'kan? Dia seakan-akan menganggapku tidak ada.
Rapat tentang perilisan mini album-ku diadakan hari ini. Dalam rapat yang baru saja selesai itu, aku bersama Namjoon dan Hoseok menjelaskan konsep, seluruh lagu, dan rencana kerja hingga hari-H.
Yup, rapat itu memang berjalan sangat lancar... Tapi aku sama sekali tidak puas.
Jujur saja selama satu setengah jam rapat, aku memperhatikan Suga dengan kedua mataku dan dia selalu memasang wajah datar. Suga tidak tersenyum maupun memberi komentar. Dia hanya bertepuk tangan saat yang lain juga bertepuk tangan.
Seriously, what did I do wrong?
"Masuk saja," ujar Suga yang lebih dahulu membuka pintu mobil untuk dirinya sendiri.
Dia seperti orang asing. Aku tidak mau jarak terus memisahkan kami.
Syukurlah seluruh rasa percaya diriku terkumpul berkat rapat tadi sehingga aku berani meminta Suga untuk mengantarku pulang. Dan Suga tidak menolak.
Mungkin perkataan Jungkook tentang Suga itu benar? Bahwa Suga juga tidak tahan untuk terus menghindariku.
Jika Jungkook benar, maka aku bisa meneruskan rencanaku. Dalam perjalanan pulang ini, aku akan mengajak Suga bicara tentang masa depanku, tentang keinginanku, dan betapa indah itu semua jika Suga bersedia menjadi bagiannya.
Begitu aku duduk di kursi sebelah Suga, aku langsung memasang sabuk pengaman sekencang mungkin. Aku tidak akan lari ke mana pun sampai Suga yang aku kenal mau kembali.
Tanpa berkata apapun, Suga menginjak gas dan membawa mobilnya turun ke jalan. Gemerlap Kota Seoul dan ramainya kendaraan sekitar seakan bukan apa-apa untuk Suga yang sangat fokus dengan kemudinya.
"Apa kamu lapar?" tanyaku berusaha membuka percakapan. "Kita bisa mampir ke suatu tempat kalau mau."
Suga menggeleng cepat. "Maaf, setelah ini aku harus kerja di rumah."
"Oh, nggak apa-apa. Langsung ke rumahku saja, ya," balasku maklum.
Walau Suga tidak menatapku saat menjawab, aku tahu ada sedikit diriku dalam pikirannya. Bahwa dia harus segera mengantarku ke rumah dengan selamat supaya bisa kembali bekerja di apartemennya.
Untuk informasi saja, arah rumahku dengan apartemen Suga itu berlawanan. Jadi, untuk malam ini saja, dia pasti memikirkan di mana rumahku berada.
Kesempatan berikutnya untuk mengobrol dengan Suga datang saat mobil berhenti karena lampu merah. Suga menghela napas kemudian menaikkan suhu AC karena malam semakin dingin.
"Hari yang melelahkan, ya?" tanyaku sewajar mungkin. "Kamu sudah seharian bekerja, ditambah rapat tentang mini album-ku."
Suga mengangkat kedua bahunya. "Begitulah."
"Bagaimana menurutmu?" tanyaku lagi. "Tentang semua persiapan yang sudah dijelaskan?"
Satu tangan Suga lepas dari kemudi. "Kalian hebat. Sempurna, nggak ada yang kurang."
Ugh! Andai saja Suga mengatakannya sambil tersenyum, aku bisa merasa sedikit senang. Tapi tidak, Suga memasang wajah datar yang serius.
"Bagaimana dengan lagu-laguku? Yang mana lagu favoritmu?"
Sekilas aku dapat melihat kening Suga mengerut. Apa dia sedang memikirkan lirik lagu yang kutulis? Apa dia berusaha mengingat melodi lagunya?
"Aku suka title track. Kalau nggak salah judulnya—"
KAMU SEDANG MEMBACA
Before the Concert ✔️
Fanfiction[ COMPLETED ] 'Sequel dari After the Concert' Kembali pada waktu sebelum konser, di mana Suga berusaha membuat Wendy selalu tertawa. Ini kisah tentang dua manusia yang berusaha hidup bersama di Seoul. Dua manusia yang bertemu secara tidak sengaja ka...