3

1.1K 221 85
                                    

[ SUGA ]


Halooo, ada yang mau membantuku? Tapi berjanjilah untuk tidak tertawa.

Ada dua situasi gawat yang sedang terjadi saat ini. Pertama, aku yang awalnya berniat membahas perihal kontrak dengan Wendy, sekarang malah mengantar perempuan itu ke Bandara dan menjemput orang tuanya. Kedua, aku yang sudah mengisi perut tadi pagi dipaksa ikut sarapan bersama keluarga Wendy.

Ya, ya, ya! Saat ini aku sedang berada di Restoran Thailand, lebih tepat di meja nomor 29. Aku duduk di bagian lebar meja. Sebelah kananku diisi oleh kedua orang tua Wendy, sedangkan sebelah kiriku diisi oleh Wendy dan Kak Rachel—kakak perempuan Wendy.

Percayalah, aku sama sekali tidak menyangka semuanya akan berakhir seperti ini. Aku pergi ke rumah Wendy karena itu adalah saran dari Namjoon. Wakil Direktur Century Music itu memberitahuku bahwa setiap perempuan itu menyukai kejutan.

Jadi pergilah aku ke rumah Wendy tanpa memberitahu perempuan itu. Memang Wendy cukup terkejut dan sebagai ganti karena sudah mengganggu agendanya, aku menawarkan diri untuk mengantar Wendy dan kakaknya ke Bandara.

Aku pikir aku cukup ikut bersama mereka ke Bandara, mengantar sekeluarga itu kembali ke rumah mereka, dan aku bisa mengobrol leluasa dengan Wendy. Tapi siapa yang mengira aku akan duduk di meja yang sama dengan Keluarga Son dan menyantap sarapan lagi.

"Bagaimana Suga? Nasi goreng yang Om pilihkan enak, 'kan?" tanya sang Papa dengan mata berbinar.

"Enak, Om. Lain kali aku akan ajak teman-teman ke sini," sahutku sambil tersenyum.

Memang enak, tapi perutku sudah sangat penuh. Aku bisa membayangkan diriku setelah ini bercermin dan melihat perutku menjadi buncit. Oh, tidak. Semoga baju-baju di lemariku masih muat nanti.

"Ayo, minumnya dihabiskan," kali ini yang berbicara adalah sang Mama.

"Siap, Tante," balasku cepat kemudian menghabiskan air mineral dengan oneshot.

Entah mengapa aku senang melihat sang Mama sudah sembuh total. Bayangan beliau yang tertidur lemah di ranjang Rumah Sakit sudah hilang. Sekarang aku benar-benar bisa melihat sosok beliau yang kecantikannya telah diwariskan pada Wendy.

Bagaimana bisa keluarga Son begitu sempurna? Mereka memiliki ikatan yang sangat kuat, yang sanggup membuatku teringat akan keluargaku di Daegu.

Bagaimana kabar Ayah dan Ibu, ya? Terakhir aku berbicara dengan mereka berdua adalah di hari ulang tahunku. Ibu meneleponku pagi-pagi sekali hari itu, sedangkan Ayah meneleponku setelah beliau selesai bekerja.

Apa kalian sudah tahu aku memiliki kakak laki-laki? Nama kakak laki-lakiku adalah Min Sora. Kak Sora sering menghubungiku di akhir pekan dan bertanya kabarku. Bahkan aku lebih sering menghubungi Kak Sora daripada menghubungi Ayah atau Ibu.

Mungkin sekali-sekali aku perlu pulang ke Daegu. Aku harus minta maaf secara langsung pada mereka atas kesibukanku yang membuatku jarang menghubungi mereka.

"Mama! Nggak usah, Mama," seru Wendy berhasil membuyarkan lamunanku.

Tanpa aku sadari selama aku memikirkan keluargaku, Wendy berdebat dengan sang Mama. Ternyata sang Mama memesan satu lagi nasi goreng untuk dibungkus dan dibawa ke rumah. Nasi goreng itu untuk Wendy yang hari ini hanya menyantap selapis roti bakar.

"Kamu itu perlu jaga kesehatan, Wendy. Mama nggak mau kamu kurus begitu," komentar sang Mama. "Jangan protes, pokoknya sampai rumah kamu harus makan nasi goreng itu."

Tampang Wendy terlihat kusut, perempuan itu begitu kesal karena sang Mama memaksanya makan. Aku tidak tahu apa alasan Wendy mengurangi porsi makannya, tapi aku sendiri tidak tahan melihat penampilan Wendy saat ini.

Before the Concert ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang