26

934 191 36
                                    

[ SUGA ]


Kalian tahu apa hal yang lebih menyenangkan daripada menikmati hasil jerih payah sendiri? Yaitu tidak lain adalah rasa lelah yang menjalar di sekujur tubuh. Rasa lelah yang begitu mengganggu tapi tidak menghentikan segala aktivitas yang ada.

Saat ini aku duduk bersandar pada kursi di ruanganku, membaringkan seluruh rasa pegal yang ada, mulai dari leher hingga kaki. Pandanganku setengah sadar menatap langit-langit dan pikiranku terbang menuju semua hal yang sudah kulakukan untuk keluargaku.

Pulang ke Daegu setiap seminggu sekali memang sangat menguras tenaga serta uangku, tapi sekali lagi, tidak ada perjuangan yang sia-sia. Rencanaku untuk menyatukan kembali kedua orang tuaku hampir berhasil. Sedikit lagi, sedikit lagi.

Beberapa hari yang lalu, Ayah sudah menandatangani surat yang menyatakan permintaan untuk pembatalan sidang perceraian terakhir. Ini langkah yang sangat bagus karena kemungkinan orang tuaku bercerai berkurang menjadi setengah persen. Sekarang aku hanya perlu membujuk Ibu.

Bukan bermaksud meremehkan, tapi, ayolah. Apa susahnya menaklukan hati seorang Ibu? Aku tidak perlu sewaspada dulu, karena Kak Sora dan Ayah akan membantuku membujuk Ibu. Begitu Ibu membubuhkan tanda tangan pada surat pernyataan, maka keluargaku bisa kembali seperti semula.

Aku bukan laki-laki bodoh, karena itu meski sidang orang tuaku dibatalkan, aku akan tetap menyempatkan diri pulang ke Daegu di tengah kesibukanku. Mungkin tidak sesering sekarang, karena aku juga memiliki setumpuk pekerjaan di Seoul.

Dua minggu sekali mungkin jadwal yang ideal.

Dengan lincah aku memutar kakiku di lantai, menyebabkan kursiku bergerak ke sana ke mari. Ya, kursiku mempunyai roda yang membuatku bisa berpindah dari satu tempat ke tempat lain dengan leluasa.

Begitu sampai pada dinding ruangan, aku membuka korden dan membuat mataku menyambut pemandangan malam Kota Seoul yang begitu indah. Cahaya menyala di setiap tempat dan aku melihat orang-orang berjalan di trotoar, menuju satu tempat yang sama.

Hmm, ke mana mereka semua akan pergi? Apa hari ini ada perayaan tertentu? Aku tidak ingat ada hari raya besar di akhir Agustus.

"Apa kamu mau pergi juga?" ujar sebuah suara, berhasil membuatku tersentak dan menjauhkan diri dari jendela.

Son Wendy, entah sejak kapan perempuan itu sudah masuk dan menginjakkan kaki di ruanganku yang terletak di lantai lima. Penampilan Wendy sangat sederhana, tapi hari ini dia mengepang rambutnya ke samping. Sangat cantik.

"Kamu membuatku kaget, Wen," kataku jujur dan Wendy pun tertawa kecil.

"Maaf, maaf. Tapi aku sudah ketuk pintumu, kok. Berkali-kali," balas Wendy membela diri. "Kenapa kamu belum pulang?"

Saat ini waktu menunjukkan pukul delapan malam. Aktivitas kantor di gedung Century Music sudah berakhir sejak empat jam yang lalu. Para pegawai magang juga sudah pulang setelah menerima materi dari Taehyung.

"Aku baru saja selesai membaca semua proposal," jawabku setelah itu bangkit dari kursi dan menggeser kursiku kembali ke tempat seharusnya. Mana mungkin aku berputar-putar di hadapan Wendy, 'kan?

"Apa Jungkook kebanjiran pekerjaan?" tanya Wendy begitu lembut.

Aku mengangguk, "Yah, ada beberapa perusahaan yang ingin memakai Jungkook sebagai bintang iklan mereka. Jadi aku perlu menyeleksi proposal mereka."

Kalian salah besar jika beranggapan bahwa aku tidak memperhatikan Jungkook, karena tanggal debut Wendy semakin dekat. Tentu saja Century Music masih memperhatikan Jungkook, tapi urusan laki-laki itu kuarahkan sepenuhnya pada Namjoon. Aku hanya perlu memberi tanda tangan pada proposal yang ada.

Before the Concert ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang