[22] Promise

1.4K 184 12
                                    

Kangen masa kecil. Kangen waktu masih polos. Kangen gak fikirin masalah yang ada. Kangen waktu kecil yang kerjaannya cuman main, main, main dan main.

***

Luhan berdecih. "Kau tanya aku siapa? Aku kakak dari isteri yang kau khianati, brengsek!"

Jongin menunduk dengan rasa bersalah. Ia memang pantas mendapatkan semua hal ini.

Luhan kembali menonjok pipi kanan Jongin sampai bibir namja tan itu sobek dan berdarah.

Sehun memegang pipinya dengan tangan bergetar. Di depannya, nyonya Kim sedang sibuk ditenangkan oleh tn Kim.

Sedangan nyonya Do dan Tuan Do, menatap Jongin dengan pandangan yang benar-benar memperlihatkan kecewa yang mendalam.

Sehun merasa dirinya benar-benar hina sekarang.

Inilah yang disebabkan oleh keserakahannya diwaktu dulu!

Dan Sehun pantas menerimanya.

Nyonya Oh menghela nafas sebanyak-banyaknya. "Kalian sudah menikah berapa taun?"

Sehun dengan takut-takut menjawab. "S-setahun-"

"Agama? Atau sudah dicatat oleh negara?"

Kali ini, Jongin yang menjawab. "Eomma tak perlu tahu. Kami---"

"EOMMA HARUS TAHU!"

Sehun semakin terisak hebat. Keegoisannya menyebabkan sebuah keluarga bersitegang.

Ya Tuhan, maafkan aku.

Sehun lalu merasa tangannya ditarik seseorang.

"Ikut."

Ketika sudah sampai di tempat tujuan pelaku penarikan, Sehun menunduk takut.

Kenapa kakak iparnya Jongin mengajaknya ke taman belakang?

"Sehun?"

"I-iya"

Luhan menatap Sehun dari atas sampai bawah.

"Kapan kalian akan bercerai?"

Deg

***

Jongin menghela nafas sebanyak-banyaknya dan menatap Sehun dengan tatapan sedih.

"Maaf, Sehun." Ujarnya dengan rasa bersalah yang sedari tadi selalu menghimpit dadanya.

Sehun tersenyum kecil. "Kau tak perlu minta maaf, Jongin. Di sini, aku yang salah." Jawab Sehun dengan sendu.

Jongin kembali menghela nafasnya. "Sehun, aku tidak ingin kau kapok datang kesini."

Dahi Sehun mengerut. "Kapok?"

Jongin mengelus tangan namja milky skin itu lembut. "Untuk yang akan datang, aku mungkin akan terus mengajakmu ke rumah ini, Sehun. Kau mau, kan?"

Sehun terlihat berfikir.

"Bagaimana?"

Sehun menatap lelaki tan itu disertai senyuman lembut. "Jangan terlalu memaksakan kehendak, Jongin. Kau tahu, kan. Sesuatu yang dipaksakan itu takkan pernah berujung baik."

Benar. Dulu, Sehun memaksa Jongin untuk menikahinya. Dan pada akhirnya, seseorang pergi.

Paksaan itu takkan berujung dengan kebaikan. Malah, terkesan dengan sebuah keburukan yang sangat fatal dan tak pantas untuk dimaafkan.

"Hei, kenapa bicara seperti itu?" Jongin mengelus surai isterinya lembut.

Ah, masih bolehkah Jongin memanggil Sehun dengan sebutan itu?

IGNORAMUS - KAIHUNTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang