Pagi ini aku menyelusuri kota yang masih tersisa, setelah habis disapu oleh bencana. Aku memberanikan diri meski langkahku tak sekuat biasanya. Pada satu langkah aku mempertanyakan kenapa Tuhan memberikan cobaan pada kita. Padahal aku sangat menyukai tempat ini, karna tempat ini bersejarah bagi kita.
Disini kenangan kita masih ada walaupun bangunannya sudah runtuh. Kau ingat ketika kita suka berkeliling tanpa tujuan. Kita berbicara, bergandeng tangan, dan kejar-kejaran. Setelah lelah kita duduk di sebuah tempat tongkrongan anak anak muda. Waktu itu kita di penghujung senja. Kita bercerita banyak hal, kau memesan secangkir kopi dan aku samangkuk es.
Dalam suatu obrolan kau mempertanyakan tipe pacar bagaimana. Seketika aku tertawa pertanyaan macam apa itu. Dengan penuh dusta aku menjawab dia harus humoris, romantis, suka musik dan yang pasti ganteng tidak seperti kamu lalu kita tertawa dan kau memukul halus kepalaku. Ngak tau kenapa saya merasa senang ketika kau memukul kepalaku, walaupun yang kutunjukkan ekspresi kesal.
Aku tersadar dari lamunanku. Seketika aku tertawa kecil mengingat tentang kita. Sekarang aku menemukan jawaban dari pertanyaanku. Alasannya Tuhan tidak ingin aku larut dalam kisah denganmu. Sepatutnya aku ikhlas dan bangkit untuk membangun hubungan yang baru. Dengan berbisik aku berucap pada diriku aku harus mengiklaskanmu. Aku harus ikhlas. Ikhlas
KAMU SEDANG MEMBACA
Setelah Kata Pisah (Dalam Proses Revisi)
Romancesebuah perjalanan mengikhlaskan seseorang yang dicintai tanpa sengaja ~Cinta ini dalam diam, patah hati dalam kesendirian, maka aku juga akan mengikhlaskannya pelan pelan.