*Aku penuntun bukan penuntut

324 17 1
                                    

Sengaja kisah ini ditulis untuk kau yang memilih lupa. Aku hanya ingin menceritakan segelintir tentang kita.

Dingin malam berubah hangat lewat nafasmu. Bintang menjadi saksi atas bahagia yang kau hadirkan. Hebusan angin malam membawaku hanyut dalam dekapan.

Tak masalah jika harus berjuang membawa carielmu. Meski yang kau bawa hanya kebutuhanmu. Aku tak masalah jika mendengar kesuh kesah. Aku tak masalah menyemangatimu untuk sampai puncak. Tak masalah jika kau bermanja manja kepadaku. Aku dengan senang membantumu.

Aku yang menuntunmu dari awal sampai kita menikmati keindahan alam bersama. Tanganku akan siap menyambut jika kau terjatuh. Kakiku siap berjalan beriringan bersamamu. Tubuhku siap memeluk jika kau butuh di tenangkan. Jelasnya hatiku siap melengkapi hatimu yang kosong.

Lihatlah keatas jika kau ingin mencapai tujuanmu. Dan lihatlah kebawah ketika ulur tanganmu diperlukan mereka. Mari kita nikmati alam yang dihadirkan tuhan. 

Dengarlah wahai perempuan bermata sayu. Aku membawakan lagu terindah dengan suara sedikit serak, teruntuk kau wanita teristimewa. Aku menyukai kau yang malu- malu sekaligus haru. Aku menyukai lentik bulu mata aslimu. Tatap lekat bola mataku. Bacalah raut wajahku. Aku mencintaimu

Bersandarlah di pundakku. Jangan lari dari masalahmu. Telingaku siap mendengar teriak dan keluh kesahmu. Tanganku siap menuntunmu dan juga menghapus tetes air matamu.

Pulanglah, telah kusediakan rumah untukmu


G. Talang, Sumatera Barat

Setelah Kata Pisah (Dalam Proses Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang