*Kota

209 16 1
                                    

Bagaimana kabarmu setelah aku pergi?

Aku sekarang di kotaku, kota yang hiruk pikuk dengan manusia- manusia pengejar uang. Tubuh- tubuh kecil tak berdosa yang melewatkan waktu malamnya untuk mengincar uang.

Aku di kotaku merasakan tempo waktu yang begitu lambat. Rasanya kotaku hampa dan tak berpenghuni. Kotaku terasa panas selepas dingin tingkahmu di kotamu.

Saat rembulan datang aku mengelusuri kotaku. Aku menyaksikan tangan kecil yang tak berdosa dipaksa bertekuk lutut di tengah dinginnya malam dengan di saksikan rembulan. Begitu pahitnya kehidupan mereka? atau begitu tak berdayanya mereka di perintah orang yang tak berprikemanusiaan itu?

Aku menyaksikan kotaku di penuhi oleh gedung- gedung pencakar langit seolah ingin berlomba- lomba mengapainya. Kotaku di hiasi ribuan lampu-lampu dengan beragam warna, namun sayang hatiku masih abu-abu selepas kau tingalkan rona gelap itu.

Aku ingin kau di sisiku kala itu, berdua mengubah kotaku. Menghakimi mereka yang semena- mena dengan manusia tak berdosa itu. Aku ingin membangun kota baru dengan sederhana. Kota yang terdapat kehangatan oleh cinta dan kasih sayang. Aku ingin membangun kota denganmu.

Riau, Indonesia

Setelah Kata Pisah (Dalam Proses Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang