*kau penawar bukan pengobat

372 17 4
                                    

Saya tau kamu mulai berubah. Saya bisa merasakannya. Sebenarnya saya yang salah . Menuntut kau tetap ada pada jiwa yang berkelana

Saya meminta hati pada orang yang salah. Saya pikir kamu pengobat, ternyata kamu bukan orang yang kucari. Kamu tak mampu menerima masa laluku. Sebaliknya saya tak bisa memberi kepastian masa depan untukmu. Saya tidak berjanji untuk melupakannya.

Yang saya inginkan dia, bukan kau. Benar saya yang bodoh. Kamu mengobati luka ini setelah pulih saya berikan lagi pada dia yang melukai. Saya tidak mampu membohongi kata hati. Saya mencintainya.

Benar Saya dekat dengan kamu. Saya bercerita padamu. Tapi di hati saya bukan kamu. Bukan berarti kamu pelampiasan tapi kamu hanya sebatas teman. Mungkin saya yang terlalu tega, meminta tanpa mau memberi.

Jika kenyataan pisah sebelum erat, maka akan ku terima. Saya terlalu pesimis saya dan kamu menjadi kita.

Saya biasa saja saat kau pergi karna apa. Karna ada yang lebih sakit ketika saya di tinggalkan. Kehilangan sudah hal biasa bagi saya. Mungkin kata itu tambah memperlihatkan kekejaman saya.

Saya sadar, tanpa sengaja saya memintamu pergi. Dari pembicaraan kita, saya menginginkan dia. Kau pun mulai melangkah berbalik arah.
Jika memang sepatutnya kita pisah. Saya percaya kamu orang yang tulus. Saya yakin jalan yang kau pilih adalah jalan yang terbaik.

Jika kau kembali pada wanita yang pernah kau puja itu. Saya siap melihat kau bahagia. Sepatutnya hanya itu yang saya bisa. Ketika hati saya tak bisa dibagi dua.

Jika kelak kita bertemu. Jangan enggan untuk menyapa. Saya tidak akan menggangu. Saya siap berdamai dengan pilihanmu. Saya tidak akan mengungkit kita yang pernah indah. Cukup bertegur sapa.

Namun jika kau pergi karna saya. Maaf. Perlu waktu untuk menata percaya pada orang baru. Maaf jika luka ini kau terkena imbasnya. Maaf tak mampu membalas rasamu.

Terimakasih pernah meminjamkan telinga untuk mendengar keluh kesahku.
Meminjamkan mata untuk mengawasiku
Meminjamkan kepala untuk memikirkanku
Meminjamkan mulut untuk menasehatiku
Meminjamkan tangan untuk menghapus air mataku Meminjamkan hati untuk melengkapi hatiku
Meminjamkan kaki untuk menemaniku

Terimakasih untuk segala pernah yang kau hadirkan untukku

Setelah Kata Pisah (Dalam Proses Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang