Selepas dua ramadhan berlalu kau kembali menghubungiku. Rasanya seperti halu, berulang kali aku melihat pesanmu untuk meyakinkanku apa ini benar darimu. Semenjak kau pergi, aku sudah merasa biasa saja sebab sebagai orang yang ditinggalkan selayaknya aku mengikhlaskan kepergian. Walau kemampuanku tak sebenar benar ikhlas.
Hanya dengan kata hay segala upaya melupakanmu gagalku lakukan. Kau berucap kau tak ingin kehilangan sebab bersamaku adalah momen terindah di hidupmu. Rasanya campur aduk, ingin marah kenapa kau tak kembali dari dulu. Kenapa perasaanmu kau ucapkan saat hatiku sudah sedikit pulih. Tapi di sisi lain aku merasa kurang bersyukur ketika kau kembali seakan aku tak meningingikan pdahal kenyafaaannya kedatangam kau adalah hal yang aku mohonkan pada tuhan. Ada berbagai pertanyaan muncul di benakku. Apakah benar semua yang kau ucapkan padaku atau kau sedang tidak bersamanya lalu kau butuh hiburan. Rasanya ingin aku mrngatakan keraguan itu padamu namun aku terlalu lemah untuk di tinggal lagi. Aku bersedia menemamimu sampai kau tak lagi membutuhkanku. Bebas bagi mereka berkata aku terlalu diperbudak oleh perasaan. Tapi ini bukti bahwa aku bersedia demi kebahagiaanmu. Perihal memilikimu itu sudah kuserahkan pada tuhanku. Ada yandatiku
dari setiap doaku. Aku berdoa pada tuhan jika kau ditakdirkan untukku ku mohon segera di dekatkan dan biarkan aku menjatuhkan hatiku sejatuh jatuhnya jika tidak biarkan berlaku sewajarnya. Namun yang ku alami adalah jatuh sejatuh jatuhnya padamu padahal kau jauh datiku09 /05/2019
Di antara kantuk dan subuh
KAMU SEDANG MEMBACA
Setelah Kata Pisah (Dalam Proses Revisi)
Romancesebuah perjalanan mengikhlaskan seseorang yang dicintai tanpa sengaja ~Cinta ini dalam diam, patah hati dalam kesendirian, maka aku juga akan mengikhlaskannya pelan pelan.