Setelah hari istimewa itu berakhir, kita mulai mengikuti jalan hidup kita masing masing. Aku kembali dengan kebiasaanku tidur sepanjang hari. Duapuluh jam waktuku habiskan di kamar dengan segala aktivitasku. Bagi setiap orang ini sangat membosankan, tapi bagiku ini kenyamanan yang tak bisaku jelaskan. Harapanku sederhana, siang hari aku menginginkan waktu cepat berganti dengan malam, dan di malam hari aku merindukan fajar. Disaat menutup mata aku menginginkan untuk tidak lagi membuka mata. Ya aku sedang tidak baik baik saja. Tapi aku nyaman dengan sisi lemahku. Ini aku yang sebenarnya.
Perlahan teman temanku mulai hilang menunjukkan sifat aslinya. Bagiku tak masalah jika mereka lupa atau bahkan sudah tidak mengangapku, sebab sebelum kata pisah aku sudah menikmati momen indah bersamanya. Akupun sudah menata hati untuk mempersiapkan diri saat mereka tak lagi ada. Dari sinilah mereka terseleksi dengan alami. Mereka yang berpura pura akan memudar seiring berjalannya waktu. Mereka yang sepenuhnya masih bersedia kokoh di dekatku padahal ada ribuan alasan untuk mereka meninggalkanku. Dari hasil pengamatanku teman perempuan lebih mudah pelupa dengan teman dibanding dengan laki laki. Terserah kau mau marah akan penemuanku. Jujur saja aku merasa jauh lebih bahagia berteman dengan laki laki, sebab kata kasar bukan berarti itu penghinaan tapi candaan yang harus di tertawakan. Seberapa jahatnya di depanku, tapi dia tidak pernah mencibirkanku di belakangnya. Oleh karna itulah aku menyimpulkan laki laki tidak mudah lupa dengan teman baiknya.
23.50
20/04/2019
Sudut warna
KAMU SEDANG MEMBACA
Setelah Kata Pisah (Dalam Proses Revisi)
Romancesebuah perjalanan mengikhlaskan seseorang yang dicintai tanpa sengaja ~Cinta ini dalam diam, patah hati dalam kesendirian, maka aku juga akan mengikhlaskannya pelan pelan.