3. Interview

884 133 2
                                    

=3=

Baekhyun mendapati ponselnya bergetar begitu ia sampai di jembatan Sungai Hangang. Seperti dugaannya, itu dari Dawon. Baekhyun belum berbicara, gadis itu sudah menyambar duluan. "Oppa, apa kau pulang ke Seoul?"

"Benar. Kau tahu darimana? Jason?" Baekhyun balik bertanya pada Dawon.

"Ani. Banyak mata-mataku di sana."

Gurauan Dawon membuat Baekhyun merasa terhibur dikala sepi yang menyerangnya sekarang ini. "Benarkah? Apa kau intel?" goda Baekhyun disela kekehnya. "Pesonaku lebih dari intel, Oppa." Da Hyun ikut tertawa. Untuk sekian detik mereka hanya saling tertawa tanpa ada yang melanjutkan obrolan, yang masuk ke telinga Baekhyun adalah suara Jason yang berebut ponsel dengan Dawon karena mungkin ia ingin ikut bicara, hingga sebuah suara yang lebih nyata masuk ke dalam telinganya yang tanpa tertempel telepon genggam.

"Ahjussi!"

Baekhyun menoleh seketika dan entah kenapa ia hanya tersenyum melihat sosok yang memanggil dirinya sedang berdiri tak jauh dari tempatnya sekarang. Wajahnya tampak segar dan lebih bersemangat daripada ia terakhir kali melihatnya. Bagi Baekhyun orang itu adalah sosok radikal dari Dawon. Ia tampak seperti adik perempuan bagi Baekhyun.

Dan, Baekhyun cukup takjub melihat perubahannya yang bisa dikatakan sangat-sangat berbeda, bahkan pria itu juga harus berpikir ulang apa gadis yang ia tolong dihari salju pertama turun itu adalah benar-benar dia atau bukan, sampai-sampai perbincangan dengan Dawon ia tak hiraukan lagi dan menggantung telpon genggamnya, di tangan kirinya tanpa memutuskan sambungannya lebih dulu.

"... bagaimana kabarmu?" tanya gadis itu lagi.

'Oppa?kau bicara dengan siapa?' Dawon masih berbicara. Namun, Jason segera mematikan sambungannya dan berkata. "Itu urusan dia mau berbincang dengan siapa, cepat kita harus belajar untuk ujian."

Baekhyun memasukkan ponselnya ke mantel yang ia kenakan, ia benar-benar lupa dengan panggilan yang baru saja ia lakukan dengan Dawon.

"Baik, kau sendiri? Aku bahkan tidak yakin apakah pelajar yang mau bunuh diri itu dirimu atau orang lain? Kau terlihat lebih hidup hari ini." ujar Baekhyun mengulas senyuman. Gadis itu hanya mengangguk dan berjalan ke arah Baekhyun. "Walaupun cuacanya dingin aku harus hidup, Ahjussi."

Baekhyun hanya mengangguk dan memasukkan tangannya ke dalam saku mantelnya. "Benar. Cuacanya semakin dingin, di Seoul." Napas mereka sama-sama berasap, kedua hidung mereka memerah namun yang mempunyai semburat merah di kedua tulang pipinya adalah Eunha.

"Apa kau baru kembali dari suatu tempat?" tanya Eunha pada Baekhyun, keputusannya tepat untuk tak langsung pulang ke rumah hari ini. Takdir Tuhan memang menakjubkan walau kadang agak rumit. Baekhyun mengusap tengkuknya, ia tak tahu bahwa Seoul akan jauh lebih dingin daripada Busan. Bahkan, ia merasa baiknya ia berada di atas kapal saja sekarang.

"Hng–yah, masalah pekerjaan. Harus melakukannya di luar Seoul. Bagaimana dengan sekolahmu?" tanya Baekhyun dikala ia kembali melanjutkan langkahnya dan diikuti oleh Eunha, namun ia justru merasa tak terganggu dengan hadirnya gadis itu. Walaupun, ia mengira Eunha adalah gadis yang lembut pada awalnya, tetapi, yang ia temukan sekarang adalah gadis yang penuh semangat.

Gadis itu merespon pertanyaan Baekhyun dengan anggukkan yang antusias. "Umm, baik. Ahjussi. Oh ya, sebagai ucapan terimakasih untukmu."

"Iya?" Baekhyun menaikkan kedua alisnya, menunggu apa yang selanjutnya gadis itu katakan.

"Aku akan membelikanmu minum hari ini. Setuju?" tawar gadis itu dengan yakin yang membuat Baekhyun hanya terkekeh lalu bertanya dengan nada bercanda.

【END】Book 2 : Let Me InTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang