20. Kidnapping (un-revise)

515 78 2
                                    

AERI

Bahagia. Ya, memang hidupku seperti itu selama lima tahun ini. Namun, seakan Tuhan tahu bahwa kebahagiaan yang aku dapatkan atas hasil menghancurkan hidup beberapa insan lain yang aku buat menderita hingga mereka berada dititik tergelap hidup mereka.

Dan, aku tahu kebahagiaanku yang kini memudar untuk mengganti apa-apa saja mereka yang aku hancurkan kebahagiaannya di masa lalu, aku harus membayarnya dengan impas dan lagi, Yang Maha Kuasa memberiku sebuah peringatan kecil dengan cara yang sama.

Untuk kedua kalinya, aku dihampiri oleh perasaan kacau, pikiranku menghampa bagai udara, hatiku hancur tak teruntai dengan kata-kata. Mungkin, jika saja Tuhan belum puas, ia akan menjatuhkanku ke titik tergelap hidupku untuk yang berkian kalinya, sampai aku menyadari bahwa seharusnya aku bersyukur di masa lalu, mengerti bahwa kebahagiaanku terletak pada mereka yang menjadi masa laluku, selamanya.

-=20=-

Villa Keluarga Song, Gangwon

Cuaca berkabut ketika mereka tiba pagi hari jam setengah tujuh pagi. Yunhyeong mematikan mesin mobilnya ketika sudah merasa benar memakirkan mobilnya. Keduanya masih saling membisu hingga mereka tiba diluar pekarangan villa keluarga Song.

"Tumben sekali bukan masa berlibur tapi anda datang Tuan dan Nyonya Song."sapa Shin ahjussi yang sedang menyapu halaman depan. Yunhyeong hanya masuk ke dalam villa sementara Aeri menghampiri Shin ahjussi lebih dulu yang merupakan penjaga villa ini.

"Ada beberapa hal yang harus kami bicarakan, ahjussi. Tidak etis jika membahasnya di rumah, karena ada Jieun dan suaminya.Omong-omong kau dalam keadaan yang sehat,kan ahjussi?"ucap Aeri seraya bergurau dengan ahjussi. "Ah, begitu. Sepertinya Tuan Song sudah menunggumu."ucap ahjussi Shin seraya melihat kearah dalam villa yang merupakan kaca tembus pandang. Aeri ikut melihat kearah yang sama. Ia tahu perbincangan ini akan menjadi titik balik hidup kebahagiaannya bersama Yunhyeong.

"Aku masuk ke dalam dulu, ahjussi."Aeri mengulas senyumnya lalu pamit, namun ia kembali lagi menghampiri Shin ahjussi. "Ahjussi, bisakah aku meminta tolong padamu?"

**

Yunhyeong melempar lembaran foto yang sudah dilihat Aeri di kafé kemarin hari, raut wajahnya menjadi muram dan terlihat marah. "Apa ini?"

Aeri terdiam, lantas ia duduk dihadapan Yunhyeong. "Kyungsoo menenangkanku.Memang seperti itu situasinya."terang Aeri lalu menyerahkan selembar foto lain. Yunhyeong melihat dengan seksama, "Kai melakukan percobaan tabrak lari pada Yunheo. Kau percaya yang aku katakan atau yang lelaki bajingan itu katakan?"tanya Aeri pada Yunhyeong.

Aeri beranjak dari tempatnya duduk, ia sudah cukup jengah dengan situasi yang ia hadapi, jika Yunhyeong tidak percaya dengan apa yang ia katakan. Maka, semuanya berakhir.

"Ini bukan soal percaya, Park Aeri. Aku bertanya, kenapa kau bilang Kyungsoo menenangkanmu? Situasi apa yang membuat dia memelukmu?huh?"tanya Yunhyeong yang mengguncang tubuh Aeri. Aeri hanya terdiam tak melawan, ia menyingkap rambutnya menghilangkan rasa frustrasi. "Aeri –ah!"panggil Yunhyeong dengan nada naik setingkat. Fokus Aeri tidak menatap Yunhyeong ia menjatuhkan bulir-bulir bening itu.

"Aku tidak tahu apa yang harus lakukan, apa yang harus aku katakan padamu tentang Yunheo." Cengkraman Yunhyeong yang memegang bahu Aeri melemah, irisnya menggelap menatap Aeri penuh tanya, namun seakan tahu jawabannya. "Yunheo.. kenapa?"

"Dia..," Aeri tak sanggup untuk melanjutkan kalimatnya, Yunhyeong memundurkan tubuhnya selangkah. "Leukimia?" satu kata itu lolos dari bibir Yunhyeong dengan nada tanya, ia ingin mendengar jawaban tidak dari Aeri. Namun, reaksi Aeri tetap sama dan tak mengeluarkan sepatah katapun. Bibirnya terlalu kelu untuk mengatakan sebuah 'ya' untuk Yunhyeong.

【END】Book 2 : Let Me InTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang