22. Save Them (un-revise)

755 82 0
                                    

=22=

KYUNGSOO

Suara keduanya terdengar begitu gemetar,meski keduanya juga tak begitu kentara untuk memedulikan satu sama lain seakan salah satu dari mereka mulai memulih, yang lainnya mulai tersakiti oleh sebuah kebenaran yang mengerikan. Luka itu mulai tertutup dan mengering seiring waktu yang berjalan.

Keduanya mulai menurunkan tentang keegoisan yang ada dalam diri mereka, seorang lain mencoba untuk memulai, dan seorang lain ingin segalanya berakhir karena itu adalah bagai mimpi buruk di dalam mimpi buruk yang panjang.

Namun, ekspresi salah satunya memiliki kesamaan dengan ekspresi seseorang lain begitu tahu berita itu. Ia menjatuhkan pisau belati yang ia pegang dengan sengaja. Dan, seorang lainnya memutuskan untuk menyimpan belati itu di suatu tempat yang tidak diketahui siapapun.

Walau mereka memang tidak dipersatukan lagi,Tuhan seperti masih memberikan satu tali panjang yang lusuh untuk mereka agar terhubung.Mungkin,Tuhan mengajarkan bahwa keduanya harus memulai kembali sebuah kisah, walau hanya kisah pendek namun memiliki banyak makna di dalamnya.

Sehingga, keduanya perlu tahu, bahwa tidak ada yang melukai dan dilukai. Karena, keduanya memang terluka, dan untuk perbaikan, tidak ada yang diperbaiki namun semuanya harus memperbaiki dan itu hanya diantara mereka dan juga Tuhan. Tidak ada orang ketiga atau keempat, bahkan figuran. Hanya mereka.

-=22=-

Eunha merasa kepalanya begitu nyeri dan berdenyut.Sayup-sayup matanya terbuka perlahan,ia menangkap bayangan dua orang di bawah pencahayaan yang remang-remang,keduanya begitu tinggi,namun Eunha memilih untuk mengabaikan,ia menoleh dan mengangkat kepalanya sedikit,hal berikutnya yang ia tangkap dalam indra pengelihatannya adalah seorang anak lelaki yang tertidur di bangku, tangannya ke belakang bangku –yah –seperti bangku taman kanak-kanak.

Fokusnya mulai jelas yang tadinya rabun,ia membulatkan matanya. "Yunheo-ya."bisik Eunha,ia menyapu pandang, namun tempatnya terlalu gelap untuk mencari tahu di mana ia berada, namun jika dilihat kembali sepertinya ini adalah gudang terbengkalai. Eunha memejamkan matanya begitu teringat dengan hal terakhir kali saat masih tersadar, dan kini tangannya terikat begitu juga dengan kakinya.

Eunha mulai berkeringat dingin, begitu mendengar langkah kaki mendekat ke arahnya. Ia menelan salivanya, Ia tak menyangka begitu sosok itu berada dalam fokusnya.

"Oh, cantik..kau sudah bangun rupanya.."

Eunha menekatkan dirinya, jangan takut Baek Eunha, dia hanya menggertak.Dalam hati Eunha membathin, gadis itu bermonolog sendiri. Eunha hanya tidak mengerti, orang yang tampaknya baik jauh di dalam hatinya, mengapa harus berlaku hal sinting seperti ini? Ini adalah tindakan kriminal.

"Apa kau selalu melakukan hal seperti ini?"tanya Eunha yakin, walau dalam hati ragu menggerogoti sisa-sisa kepercayaan dirinya, ia tak begitu takut, karena pasti anak yang sedang tertidur di sana akan lebih takut jika dia bangun.Lelaki itu berjongkok menatap Eunha dengan jenis tatapan sosiopat,ia seakan bahagia melihat keadaan wanita yang ia sukai dalam keadaan begitu.

"Hal ini apa?"jawabnya kembali bertanya, ia memberikan smirk pada Eunha. Sumpah. Dalam dirinya tentu saja ia berteriak bahwa ia takut setengah mati.

"Kau akan berlaku apapun jika ada hal yang tidak dapat kau capai dengan cara baik-baik."cibir Eunha berani, entah itu akan menggertaknya atau tidak. Jika kemarin Eunha tak dapat berbuat karena ia mabuk, paling tidak ia harus melakukan suatu hal yang berguna untuk menyelamatkan dirinya sendiri dan juga Yunheo.

Dipegangnya dagu Eunha oleh lelaki itu, ia kemudian menanggapi Eunha, "Mungkin?Memang, apa yang kau lihat dalam diriku?hm?"

Eunha hanya menahan segala rasa geram dalam dirinya,ia tidak bisa memberontak sekarang,bisa-bisa ia akan melukai Yunheo,karena siapapun dia –sedang berada di samping Yunheo untuk menodongkan sebuah pisau di leher anak itu, sungguh, ini membuat trauma Eunha akan sembuh sekaligus memburuk dalam satu waktu bersamaan.Ia harus bernegosiasi dengan lelaki cerdas sinting ini sampai ada yang menolongnya, siapapun. Eunha tersenyum remeh, ia kemudian menjawab tanpa ekspresi atas pertanyaan yang lelaki berlesung pipi itu ajukan.

【END】Book 2 : Let Me InTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang