=7=
"Nona editor? Bangunlah sudah sampai."
Pria itu berkata dengan nada santai, diam-diam ekor matanya tak berhenti mengamati gadis yang berada di sebelahnya.
"Aku tidak tidur, Tuan lesung pipi." bantah Eunha dan segera membuka matanya, lagipula jika pria ini tak memerhatikan dengan tatapan seperti dirinya adalah lukisan, tak mungkin Eunha menutup matanya seperti itu sejak pria itu bilang dia yang mengemudi hingga tiba di Seoul. Lagipula, ia sedang mempersiapkan mental kalau-kalau direktur marah padanya.
"Kau mengernyit terus sejak melihatku, kau takut atau kenapa?" tanya Tuan lesung pipi yang membuat Eunha merasa ia telah disudutkan. Lagipula, pertanyaannya seperti lebih menginterogasi. Eunha membenarkan posisi duduknya menjadi tegap ia memandang tuan lesung pipi berani. "Memangnya, jika aku yang mengatakan hal yang kau katakan, kau tidak merasa khawatir?"
Ucapan Eunha malah membuat pria itu tertawa renyah, lesung pipinya tercetak sempurna. Dan, Eunha mengakui bahwa dia memiliki kharisma tersendiri. Tapi,bukan berarti Eunha menyukainya. Gadis itu hanya mengagumi ciptaan Tuhan, tidak salah kan?
"Wah! Kau hebat karena sudah mengkhawatirkanku. Seharusnya aku kembali lebih cepat dari Jerman."
Eunha bergidik lalu dengan cepat mengklarifikasi kata-katanya "Bukan khawatir padamu, aku khawatir pada diriku sendiri Tuan lesung pipi." Eunha meletakkan kedua tangannya di dada. "Berikan kunci mobilnya padaku, aku yang akan mengembalikannya pada direktur." kata Eunha membalikkan punggung tangannya agar kunci mobilnya segera diletakkan di telapaknya. Namun, pria itu malah menghela napas lalu menggeleng.
"Tak usah, aku juga ingin ke sana. Aku akan menepati kesepakatan yang sudah kita buat dengan satu syarat."
"Syarat?"
"Namamu? Aku Kim Kai, senang rasanya bertemu dengan gadis sepertimu." Pria bernama Kai itu mengulurkan tangannya sebagai tanda perkenalan resminya dengan Eunha, namun Eunha malah menggelengkan kepalanya dan mencopot seatbelt miliknya.
"Tapi aku tidak, Tuan Kai."
Kai menaikkan bahunya santai, masih tak menyerah telah ditolak secara spontan oleh gadis ini. "Yah, itu terserah padamu. Namamu?"
"Terimakasih sudah membawaku kembali dengan selamat, Tuan lesung pipi. Masih banyak hal yang harus kukerjakan." ujar Eunha turun dari mobil milik Seojun dan berjalan masuk ke dalam kantornya tanpa pikir panjang lagi.
"Bukan hal yang mudah untuk mendapatkanmu,Nona."
└LET ME IN┘
Baekhyun ke apartemennya dengan taksi, ia meminta Jaebum untuk menunggu dirinya di restoran sang ibu yang kini sudah lebih luas dan lebih layak untuk dijadikan restoran. Yah,memang siapa orang yang dapat Baekhyun bahagiakan sekarang selain beliau. Tidak ada 'kan?
Taksi berhenti, Baekhyun segera memberi uang tunai dan sebetulnya ia ingin segera turun, kalau saja apa yang dilihatnya membuat ia enggan untuk turun. Ia hanya mengamati dua orang itu berbincang, orang-orang yang sudah tak asing lagi untuk seorang Byun Baekhyun.
"Kembalianmu Tuan."
"Ambil saja, Pak. Tapi, bisa anda tunggu sebentar?"
"Baiklah, Tuan..."
Sudah lama sejak terakhir kali wanita itu menatapnya, bukanlah hal yang bagus mengingat wanita itu memandangnya dengan cara hina, seakan dirinya tak memiliki apa-apa lagi untuk dipertahankan.
Ada beberapa jeda di mana wanita itu ingin sekali menemuinya namun, entah mengapa Baekhyun memilih untuk menghindari Aeri. Lagipula, apa untungnya jika ada pembicaraan di antara mereka sementara Aeri dan dirinya hanyalah dua orang asing yang lupa bahwa pernah saling membahagiakan di masa lalu.
KAMU SEDANG MEMBACA
【END】Book 2 : Let Me In
Fanfiction(Hold Me Tight Sequel) !! P.S - Biar ngerti baca Hold Me Tight dulu. !! Kisah yang sebenarnya baru saja dimulai.. Tentang .. Takdir yang harus dijalani dengan rasa mau tak mau, Takdir yang harus dihadapi dengan berani tanpa ada hak untuk mengubahny...