Epilog (un-revise)

1.4K 103 14
                                    

[epilog new version]

“Pengantin wanita dipersilahkan untuk memasuki aula utama,”

Degup jantungnya kian meningkat seiring pintu besar yang terbuka lebar dari sudut pandangnya dan orang – orang yang menjadi saksi hari bersejarah bagi dua insan yang telah melewati halang rintang hanya untuk mencapai kalimat dapat menghabiskan sisa hidup bersama orang yang dicintai.

Kedua insan yang pada hari ini menjadi pemeran utama masing – masing saling bertanya dalam hati mereka seperti ini;

Bagaimana bisa hari seperti sekarang datang pada hari ini?
Sungguhkah dia akan hidup denganku setelah hari ini?

Terlalu banyak tanya di kepala masing – masing hingga keduanya tidak sadar bahwa mereka sudah sama – sama berada di altar.

Sebanding dengan tanya yang muncul dalam kepalanya, melihat seseorang yang akan menjadi wanitanya secara hukum dan agama telah berbalut dengan gaun pengantin membuatnya begitu cantik dari hari – hari lain.

Kepalanya terasa berat dan pusing, keringat dingin mulai menyelimuti tangannya yang terbalut oleh sarung tangan berwarna putih. Penyebabnya hanya satu, karena dia terlalu cantik dengan gaun pengantin itu.

“Pengantin silahkan berdiri berhadapan,” Riuh para undangan yang telah datang menambah euforia yang terjadi di hari bersejarah dua orang yang sama – sama telah melewati masa – masa gelap dalam hidup mereka, kini akan dipersatukan atas nama Tuhan dan juga negara.

Oppa, jangan gugup!”teriakan Dawon yang paling kentara di antara riuhnya para tamu yang menyaksikan hari bersejarah mereka berdua.

Hari pernikahan mereka.

Eunha tertawa kecil melihat wajah Baekhyun yang sudah tidak jelas lagi. Wajahnya begitu tegang. Eunha merasa aneh, padahal hal seperti ini bukan yang pertama untuknya.

“Silahkan baca janji yang telah kalian buat di hadapan Tuhan serta para tamu yang menjadi saksi sumpah kalian untuk disatukan dalam ikatan sakral.” 

Baekhyun menarik napas dalam, berusaha untuk menenangkan dirinya sebisa mungkin. Namun, melihat bagaimana melihat bibir Eunha bergerak tanpa mengeluarkan suara mengisyaratkan Baekhyun untuk tenang dan memulai pembacaan sumpah pernikahan dengan benar, membuat perasaan gugup Baekhyun sedikit berkurang, setelah itu Eunha tersenyum meyakinkan bahwa lelaki itu pasti bisa bertahan dan menguasai dirinya kembali.

“Kepadamu, Nona Baek Eunha.. kepada musim dingin yang mempertemukanku denganmu, aku tidak bisa menjanjikan apapun untuk masa depan kita, tapi paling tidak jika kau tetap mau bertahan di masa tersulit hidupku, tolong jawab dengan sudut pandangmu.”

“Kepadamu, Baekhyun ahjussi.. kepada musim dingin yang mempertemukanku denganmu, dan peralihan musim semi yang meyakinkanku untuk tetap bersamamu, aku juga tidak bisa menjanjikan apapun untuk masa depan kita, segalanya akan berubah tanpa aku harus merancang masa depan yang sempurna denganmu, tapi paling tidak jika kau tetap mau bertahan di masa sulit hidupku.. tolong sematkan cincin itu di jariku.”

“Aku bersedia,” Baekhyun pun memberhentikan cincin itu pada tujuan terakhirnya, di jari manis kiri Baek Eunha. Cincin itu tersemat begitu manis di jemari ramping Eunha. Baekhyun tersenyum, perlahan kegugupannya hilang begitu melihat mata Eunha yang berbinar, lalu senyum Eunha makin berkembang dan mengambil satu cincin yang tersisa di kotak beludru warna abu – abu.

“Aku juga bersedia.” Eunha tersenyum malu – malu.

Tepuk tangan terdengar riuh begitu Eunha usai menyematkan cincin di jari manis kiri Baekhyun.

【END】Book 2 : Let Me InTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang