Raindrop
Nyatanya, aku tak bisa menjadi apa-apa
Tapi cukup bagiku jika hari ini pun ada
seseorang yang begitu memerlukan kehadiranku
Mata coklatnya hanya memandang hamparan langit dengan kecewa begitu kakinya tiba pada ambang antara porselen datar yang sudah basah sejak tadi, dan juga anak tangga yang akan membawanya menuju tempat parkir, atau halte bus terdekat setelah agak jalan selama lima menit juga telah terguyur air hingga meninggalkan semen yang basah.
Sepatu lusuhnya bisa menyerap semua air itu, namun bukan berarti airnya akan habis, justru perbandingannya tak selaras jika dilihat dari ukuran sepatunya yang tak begitu besar untuk seorang gadis yang tingginya hampir seperti model profesional. Tidak dapat dibilang pendek, juga tidak begitu tinggi. Cukup menjanjikan bila dirinya jadi model. ah, tempatnya bekerja memang di media cetak terkenal se-Korea bahkan Asia, namun dirinya bukan model seperti yang sedang kita imajinasikan. Dia, hanya seorang asisten penulis, atau biasa memiliki pekerjaan random dan tidak hanya mencari berita saja.
Udara cukup dingin, musim sedang dalam masa peralihan dari panas ke gugur. Dan jangan tanya apa dirinya memakai jaket hanya untuk penghangat tubuhnya sementara, tadi siang udara masih cukup panas jadi dia hanya memakai kemeja biasa dan celana jeans yang sudah ia pakai seminggu terakhir. Ia tahu mungkin orang akan menganggap dirinya jorok, tapi dirinya cukup sibuk bahkan tak punya uang sisa hanya untuk membeli satu celana jeans sebagai ganti yang sekarang ia kenakan.
Setelah berpikir panjang, akhirnya kakinya mulai melangkah menerjang hujan dan dalam waktu sepuluh detik ia melewati genangan air kini isi sepatunya sudah benar-benar menyerap air, namun ia masih melanjutkan langkahnya, matanya tak memperhatikan ke depan hingga tak sadar dirinya menabrak sesuatu, hingga kepalanya terbentur cukup keras namun tak terlalu sakit.
Bajunya yang berwarna biru langit hampir basah, dan ia merasakan kulitnya tak lagi tersentuh oleh air, begitu kepalanya menengadah ternyata yang ia tabrak adalah seseorang lelaki dengan payung di tangannya sehingga dirinya tidak kehujanan lagi.
Mata coklatnya membulat sempurna, ada sorot tak menyangka yang ia berikan pada si pemegang payung. Mulutnya gelagap seketika namun akhirnya bersuara juga, "Ahjussi!sedang -'
Tanyanya terhenti begitu si pemegang payung melempar jaket ke wajahnya hingga menutupi matanya yang masih membelalak melihat kehadirannya. Dengan cepat gadis itu menyingkirkan jaket itu dari wajahnya dan menatap lawan bicaranya heran dan tak percaya. Maksudnya, ini seperti drama roman yang dingin. Tokoh lelakinya tsundere dan gadisnya tukang khayal.
"Bisa tidak lain kali pakai kemeja yang warna gelap dan jangan lupakan jaket?"
Yang ditanya masih bergeming, matanya mengedip pelan dan gadis itu masih tenggelam dalam pikiran di mana bahwa sebaiknya ia tidak usah menuruti apa yang lelaki ini katakan supaya momen ini bisa terjadi tiap hari.
"Aku kira kau di luar negri. Enak sekali jadi kau ya, Ahjussi. Datang sesukamu, pergi sesukamu, mungkin suatu hari kau tidak kembali untuk melihatku."jawabnya membahas apa yang ada di kepalanya sejak akhir-akhir ini. Memang, dirinya bukanlah siapa-siapa untuknya, tapi, paling tidak tolong pikirkan sedikit saja soal perasaan orang yang begitu menanti hadir seseorang tiap saat. Ah, mana mungkin dia berpikir sampai ke sana. Sepulangnya dari luar negri saja yang ia pikirkan hanya bagaimana ia terlihat menarik di mata mantan istrinya dan juga dengan cara apa ia dapat membuat mantan istrinya sejatuh-jatuhnya.
Lelaki itu berbalik, hingga pada akhirnya si gadis mengekori di belakang, karena bagaimana juga ia butuh payungnya karena hujan masih belum ada tanda akan berhenti, yang ada malah semakin lebat saja. Dan yang pada akhirnya membuatnya juga memakai jaket yang dilempar ke wajahnya dengan tidak sopannya barusan.
KAMU SEDANG MEMBACA
【END】Book 2 : Let Me In
Fanfiction(Hold Me Tight Sequel) !! P.S - Biar ngerti baca Hold Me Tight dulu. !! Kisah yang sebenarnya baru saja dimulai.. Tentang .. Takdir yang harus dijalani dengan rasa mau tak mau, Takdir yang harus dihadapi dengan berani tanpa ada hak untuk mengubahny...