6. Take a rest

3.1K 369 14
                                    

Jungkook mulai tersadar. Dia yang sedari tadi hanya bersandar pada diding disebelah Yeri yang masih tak sadarkan diri, mulai teringat bahwa gadisnya sedang pingsan.

Jungkook panik dan kalut. Diangkatnya Yeri ke atas sofa. Jungkook memindahkan Yeri dengan sangat hati-hati seakan kaca yang siap remuk.

Jungkook tiba-tiba teringat bahwa dia harus segera meminta bantuan. Dia berharap bahwa Jieun masih berada di meja kerjanya. Jungkook segera membuka pintu dan mencari keberadaan sekretarisnya itu. Dapat. Jieun sudah berjalan agak jauh bersama dengan suaminya.

"Noona!!" Panggil Jungkook pada dua orang yang baru akan keluar dari pintu utama ruangan CEO. Jieun dan suaminya membalikkan badan. Mereka mendapati adik sepupunya yang sedang panik dan kalut. Lee Junki langsung berlari dan diikuti oleh istrinya dengan berjalan pelan menuju Jungkook.

"Ada apa Jungkook-a?" tanya Junki ikut panik.

Jungkook tak menjawab. Pandangannya masih sarat akan rasa khawatir, panik, dan kalut.

Jieun yang kini sudah berada bersama dengan suami dan sepupunya itu langsung teringat sesuatu. "Kau tidak melukai Kim Yeri kan ?!" tanya Jieun dengan nada yang cukup emosi dan khawatir.

"Hyung, Noona. Mari kita masuk dulu." titah Jungkook pada sepasang suami istri itu. Mereka bertiga masuk ke ruangan Jungkook dan ada Yeri yang sedang pingsan di sofa panjang.

Jieun terkejut dan membulatkan matanya."Jungkook. Apa yang kau lakukan ?!"

Manik mata Jungkook mulai berkaca-kaca, dia sangat takut kehilangan Yeri. Yeri adalah satu-satunya orang yang bisa Jungkook cintai. Dia tidak bisa mencintai gadis lain lagi. Begitulah takdir Jeon Jungkook.

"Aku tadi frustasi dan marah dengan perkataanmu, Noona. Aku mencintainya. Setiap aku sedang bahagia karena mencintainya, selalu saja ada yang mengingatkan bahwa aku salah. Akan sulit untukku mencintai Kim Yeri. Kau tau noona? Bahkan aku belum mencobanya. Aku belum mencoba untuk mendekatinya. Selama ini aku hanya mencintainya. Aku marah dengan perkataanmu. Bahkan kau sepupuku. Kau yang paling dekat denganku, Noona. Aku tidak menyangka kau mengatakan hal sampah seperti itu. Aku marah, Yeri melihat mataku menyala merah. Bukan merah seperti mata manusia. Aku tadi berubah noona. Aku berubah karena aku tidak bisa mengendalikan emosiku. Aku sangat kecewa padamu Noona!!" Jungkook berbicara sambil terisak didepan Jieun dan Junki.

Jieun yang mendengar perkataan adik kesayangannya itu hanya mampu bersandar pada suaminya. Hatinya pun kini hancur mengetahui adiknya tersiksa seperti ini.

Masih dengan terisak Jungkook melanjutkan kembali perkataannya,"Kim Yeri. Ini kedua kalinya dia pingsan karenaku. Hari ini dia pasti bahagia saat datang kemari karena sepasang sepatu itu. Aku memberikannya tadi pagi. Lalu tiba-tiba dia melihatku. Melihatku saat tidak bisa mengendalikan emosiku. Melihatku saat menjadi vampir, Noona!!!"

Jungkook semakin linglung dan kalut.
"Hyung apa yang harus kulakukan?" Kini Jungkook beralih pada Junki.

"Kenapa dia bisa pingsan Jungkook-a? Jawab pertanyaan itu. Berhenti kau menyalahkan istriku."

Jungkook meremas rambutnya, dia semakin seperti orang gila karena rasa cintanya kepada Kim Yeri. "Dia punya semacam trauma. Itu adalah reaksi traumanya. Dia akan pingsan dan tubuhnya demam." Lanjutnya masih dengan rasa gelisah yang menggebu.

Kini Junki melepaskan pelukannya pada sang istri dan beralih memeluk Jungkook. Junki berbisik di telinga Jungkook,"Tenanglah. Dia bisa kapan saja sadar dan mendengarkan semua ini. Berpura-puralah tidak terjadi apa-apa. Aku akan menghapus memorinya tentang apa yang dia lihat tadi. Kau lupa kekuatanku? Kau lupa bahwa aku psikolog? Jadi tenanglah. Kumohon." Junki perlahan melepaskan pelukan Jungkook.

One and Only [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang