[ A u t h o r ]
.
.
"fm...mm.." dan akhirnya, An-Hee pun tak lagi meronta.
Sadar bahwa target yang ia incar tak lagi memberi perlawanan, ia cepat-cepat melepaskan sapu tangan yang membeka hidung dan mulut An-Hee, menyimpan kembali sapu tangan itu ke dalam saku celananya.
Si Pramugara mulai menggendong An-Hee bak tuan putri dan bermaksud untuk menyembunyikan An-Hee di dalam ruang penyimpanan yang ada di dalam pesawat. Kondisi masih sunyi, ia yakin semua penumpang pastilah masih terlelap. Jadi tanpa perlu khawatir dilihat, ia bisa leluasa memindahkan An-Hee.
"Tinggalkan dia, dia bukan milikmu."
Si Pramugara terperanjat terkejut bukan main saat ia mendengar suara seorang wanita menegurnya, suara itu datang dari balik punggungnya. Jantungnya berdebar-debar kencang, ia mulai ragu untuk melanjutkan langkahnya.
Di saat ia begitu bimbang, seorang pramugari cantik yang menyapa Gilbert dan An-Hee sebelumnya muncul dari arah depan si Pramugara. Ia muncul dengan senyuman dan pistol yang ditodongkan tepat di kepala si Pramugara.
"Tuan Rossive tidak akan menyukai hal ini," ujar si Pramugari. Si Pramugara pun menelan ludahnya. "Sekarang berbaliklah," pinta si Pramugari. Mau tidak mau si Pramugara pun membalikkan tubuhnya perlahan-dan pukulan yan keras mendarat di wajahnya.
"Akh!!" pekiknya, ia melepaskan An-Hee dari lengannya dan terhuyung mundur dengan memekik kesakitan.
Xing yang melayangkan pukulan pada si Pramugara-dengan sigap menangkap An-Hee dan membiarkan An-Hee jatuh bersandar ke dadanya. Sementara itu si Pramugari menangkapn lengan pria jahat itu, tak hanya itu, ia mencengkram rambut si Pramugara, menyeret pria itu masuk ke dalam toilet pesawat lalu membenturkan kepala si Pramugara ke wastafel beberapa kali sampai terdengar bunyi tak mengenakkan lalu diikuti dengan tubuh terkulai lemas.
"Apa kau membunuhnya, Vicky?" tanya Xing setelah ia membaringkan An-Hee ke tempat duduk penumpang dekat toilet. Vicky, nama pramugari itu-ia menggelengkan kepalanya. "Tidak, aku hanya membuatnya tak sadarkan diri."
"Apa Tuan Song, baik-baik saja?" tanya Vicky seraya berjalan keluar dari toilet lalu menutup toilet. "Aku rasa ia baik-baik saja. Aku akan membangunan Boss sekarang." Xing menjawab, "kalau begitu aku akan memberi tahu Tuan Sokolov dan yang lainnya." Vicky membawa langkahnya menuju ke tempat duduk kelas ekonomi, sementara Xing kembali ke tempatnya.
Sebelum ia melapor pada Gilbert, Xing memutuskan untuk memeriksa An-Hee terlebih dahulu. Apakah tidak ada kekerasan fisik yang An-Hee terima, ia tak ingin memberi laporan pada Gilbert dengan asal-asalan, Xing tahu bahwa Sang Boss bukan pria yang murah hati dan bertoleransi, jika sesuatu terjadi pada An-Hee, ia pun akan dalam masalah besar.
Xing menghela napas lega, tidak ada luka atau memar pada tubuh An-Hee, tampaknya pria itu hanya membius An-Hee hingga An-Hee tak sadarkan diri.
"Xing! Apa yang terjadi?"
Xing tersentak kaget mendengar suara Ian dan melihat Ian sudah berada di depannya, diikuti Riley dan Tyler.
"Seorang awak pesawat mencoba untuk menculik An-Hee," ujar Xing yang beranjak dari berlutut di samping An-Hee. Riley bergegas menghampiri An-Hee dan ganti memeriksa keadaan An-Hee.
"Aku bisa mencium bau obat," ujar Riley ketika ia mendekatkan wajahnya ke wajah An-Hee.
"Boss?"
"Boss masih tidur, sampai pukul dua ia tidak beristirahat."
"Aku akan membangunkan Boss, kau tetaplah di sini." Ian pergi menghampiri tempat duduk Gilbert setelah memerintahkan Xing dan Riley tetap di sisi An-Hee. Sementara Ian pergi untuk membangunkan Gilbert, Riley dan Xing menjaga An-Hee-Tyler membuka toilet dan masuk untuk memeriksa si pramugara.
KAMU SEDANG MEMBACA
SINFUL -The Hereafter- [ 3 ]
ActionSong An-Hee yang telah menyerahkan jiwanya pada Sang Iblis, tak lagi meragukan apapun. Ia tahu dengan pasti ia akan berakhir di kegelapan kekal, namun selama Gilbert bersumpah untuk-"Aku akan mencintaimu bahkan sampai di hari penghakiman terakhir"-...