[ G i l b e r t ]
.
.
Karena rasa haus menyerangku, aku memutuskan untuk menggugah diri dari tidurku. Di sisiku, An-Hee masih terbaring lelap. Sekarang ini, setiap aku kembali dari pergiku, menyetubuhi bocah ini menjadi sebuah keharusan. Siapa yang menyangka dia akan membuatku kecanduan tubuh manisnya.
Aku menatap An-Hee beberapa saat lalu membelai pipinya sesaat dan kemudian beringsut turun dari ranjang. Aku mengambil kimono tidurku lalu mengikat tali pinggang kimono ini sembarangan dan berjalan keluar dari kamar, namun berhenti untuk memastikan An-Hee tidak terbangun, kemudian pintu kembali tertutup rapat.
Lampu-lampu telah padam, jam dinding yang menempel di dinding koridor menunjukkan pukul 3 malam. Semua orang mungkin telah pergi tidur.
Aku membawa langkahku menuju ke dapur, mengambil gelas dan menuangkan beberapa bongkas es batu ke dalam gelas, kemudian membawa gelas itu bersamaku menghampiri ruang tamu di mana Riley biasanya menaruh semua sampanye, whisky, rum dan vodka.
Aku menghidupkan lampu ruang tamu lalu mengumpat kesal dan terkejut saat aku melihat tubuh tanpa kepala seorang wanita. "Goddammit! Ini pasti ulah bocah gila itu lagi!" Aku menendang mayat wanita itu dan melangkahinya begitu saja.
Setelah memuaskan dahagaku, aku membawa langkahku naik ke lantai atas dimana bocah-bocah itu semua tidur. Sekaligus memeriksa kondisi Tyler, aku harap ia segera membaik sehingga secepatnya aku bisa kembali ke Rusia.
Di kamar Tyler dan Ashton, aku menemukan Neo. Ia tertidur dengan kepala yang beristirahat di pinggir ranjang Tyler. Sambil tidur, Neo memeluk kepala seorang wanita. Kurasa itu adalah kepala mayat di ruang tamu. Mengapa setiap kali keluar rumah ia selalu pulang dengan membawa sampah?
Aku mengabaikan Neo dan menghampiri Tyler, mengulurkan tanganku lalu meletakkannya di atas kening Tyler. Suhu tubuhnya telah kembali normal, kurasa obat dari dokter bekerja dengan sangat baik.
"Mmm...fa..ther..." Tyler menggumam pelan dalam tidurnya. Aku membelai kepalanya ringan, "sleep well, son." Setelah itu berjalan menjauh dari ranjangnya, mematikan lampu kamar dan menutup kembali pintu kamar, berjalan menuruni anak tangga lalu kembali ke kamarku.
・・・・・
Aku membuka mataku, mendapati An-Hee tak lagi ada di sisiku. Sinar matahari yang menerobos masuk lewat jendela yang terbuka, membuatku mengerutkan keningku. Pagi telah tiba, hari ini aku akan memindahkan semua kekayaan Donnovich ke tanganku. Berkat Cox yang telah dilenyapkan, tak ada lagi hambatan bagiku untuk mendapatkan saham.
Aku menyibakkan selimutku, berjalan dengan tubuh yang masih berat menuju ke kamar mandi. Aku menyalakan keran shower, membiarkan air hangat membilas letih tubuhku. Selesai mandi, aku membongkar lemariku dan mencari setelan yang akan aku pakai hari ini.
Riley seperti biasa menata lemari dan pakaianku dengan sangat baik. Tak sulit bagiku menemukan warna setelan yang ingin aku pakai hari ini. Aku menyisir rambutku, mengikat dasiku dan membetulkan vest-ku sebelum aku memakaii jasku, setelah semuanya siap, aku baru meninggalkan kamar dan bergabung untuk sarapan.
"Good morning, Boss!" Beberapa anak buahku memberi salam. Aku menganggukkan kepala sebagai balasan dan berjalan menuju ke ruang makan. Sebelum aku tiba, aku sudah mencium aroma kopi dan roti panggang dari luar.
"Good morning, Boss." Ian menyapaku lebihku saat ia melihatku masuk untuk bergabung.
"Hari ini kita akan pergi ke back door dan mengurus pemindahan saham, Ian." Aku mengambil dudukku di sebelah An-Hee.
KAMU SEDANG MEMBACA
SINFUL -The Hereafter- [ 3 ]
ActionSong An-Hee yang telah menyerahkan jiwanya pada Sang Iblis, tak lagi meragukan apapun. Ia tahu dengan pasti ia akan berakhir di kegelapan kekal, namun selama Gilbert bersumpah untuk-"Aku akan mencintaimu bahkan sampai di hari penghakiman terakhir"-...