[ A u t h o r ]
.
.
Neo menyeret pria malang itu sampai ke halaman belakang rumah. Pria itu tak henti-hentinya menjerit meminta pertolongan namun, tak seorang pun datang untuk mengulurkan tangan dan membantunya.
Sementara pria itu menangis dan mmenjerit, Neo sebaliknya, ia malah bersenandung senang bahkan tersenyum lebar dengan mata yang menyorotkan kebahagian. Tak adalah hal yang lebih Neo cintai selain bermain dengan nyawa manusia. Merupakan sebuah kepuasan yang tiada duanya bagi Neo ketika cairan merah menyembur keluar dari kepala yang terlepas. Bahkan tubuh yang kejang-kejang karena kepala terpenggal membuat Neo tak bisa menahan tawanya.
Neo mengikat pria malang itu di badan pohon besar, kuat-kuat. Pria itu pun meronta, tak ingin membiarkan Neo berbuah sesuka hatinya. Ia mencoba untuk membebaskan dirinya tapi, itu tampaknya sia-sia. Yang ada, ia malah membuat Neo semakin kesal hingga akhirnya sebuah tendangan melayang di perut si pria.
"Now, now, calm down buddy!" seru Neo setelah pria itu tertunduk kesakitan. Neo menjambak rambut si pria dan membuat pria itu memandang ke arah Neo. Ketakutan—jelas terpancar dari mata si pria malang. "Awww... don't be afraid, buddy." Neo menepuk-nepuk ringan.
"Kumohon... tolong biarkan aku hidup... kumohon..." Pria itu mengemis belas kasihan pada Neo. Air matanya tumpah tak terbendung membayangkan hidupnya akan segera berakhir. Ia benar-benar menyesal telah menerima iming-iming uang dan memutuskan untuk melakukan pilihan paling buruk ini. Keserakahan pada uang membawa hidupnya pada akhir yang paling mengerikan.
"OF COURSE I WILL LET YOU STAY ALIVE!" Neo menjawab penuh semangat. Pria malang itu menatap Neo terkejut. "K-Kau akan... membiarkanku tetap hidup...?" tanyanya. Sulit dipercaya namun berita amat baik, pikir si pria. Neo menganggukkan kepalanya dan mulai membelai pipi si pria. "You have nice looks and I love your eyes, good looking face with pretty eyes... so so so yummy," ujar Neo lalu menjilat bibirnya.
Entah apa yang merasuki si pria malang itu, ia dengan terbata-bata mengatakan, "aku... aku bersedia memuaskanmu, jika kau ingin... t-tapi ijinkan..aku tetap hidup.."
Neo terdiam sesaat, apa yang ditawarkan pria tu kedengaran sangat menarik baginya. Akan terlalu disayangkan bila pria setampan ini mati begitu saja. Setidaknya, ia bisa melakukan hal menyenangkan lainnya. Tentu saja, tidak dengan membiarkan ia hidup setelah Neo puas.
"SWEET!" seru Neo. Si pria pun tersenyum pahit, membayangkan harga dirinya ia buang demi nyawanya. Tapi harga diri tidaklah terlalu penting saat ini, asalkan ia masih bisa hidup, ia tak perlu harga diri.
"K-Kau ingin aku menghisap pe-penismu?" tanya si pria.
"WHAT THE FUCK?! NO! DON'T SUCK MY PENIS! SO DISGUSTING!" seru Neo marah lalu menendang lagi perut si pria.
"L-Lalu apa yang bisa aku lakukan untukmu?!" pria itu pun mulai kesal. Ia tak mengerti mengapa reaksi Neo tak seperti yang ia bayangkan! Bukankah mereka telah bernegosiasi? Ia akan hidup setelah memuaskan Neo.
Neo tak menjawab pertanyaan si pria. Ia membalikkan badannya dan berlari meninggalkan pria malang itu masih terikat di pohon. Pria itu memanggil-manggil nama Neo, akan tetapi Neo tak menggubris panggilannya dan tetap berlari pergi meninggalkannya.
Setibanya di dalam rumah, Neo menghampiri dua orang pria anak buah Gilbert yang sedang berjaga di depan ruang kerja Gilbert. Melihat Neo menghampiri mereka berdua, keduanya saling bertukar pandang.
"Apakah ada yang butuh dipuaskan? Pria yang Old man bawa ingin dipuaskan sebelum ia mati aku penggal!" ujar Neo. Keduanya menatap Neo bingung. "C'mon!! THERE IS A SLUT WAITING TO BE FUCKED!" kali ini Neo menegaskan dengan kesal. "Baiklah kalau kalian tidak tertarik!" kesal mendapati kedua pria itu hanya diam, Neo memutuskan mencari bawahan Gilbert lainnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
SINFUL -The Hereafter- [ 3 ]
ActionSong An-Hee yang telah menyerahkan jiwanya pada Sang Iblis, tak lagi meragukan apapun. Ia tahu dengan pasti ia akan berakhir di kegelapan kekal, namun selama Gilbert bersumpah untuk-"Aku akan mencintaimu bahkan sampai di hari penghakiman terakhir"-...