[ A u t h o r ]
.
.
An-Hee mengetuk pintu kamarnya lalu menunggu jawaban dari Viktor. Setelah apa yang Viktor katakan padanya semalam, membuat An-Hee cukup canggung untuk melihat wajah Viktor lagi. Semoga apa yang Viktor katakan tentang menginginkan tubuhnya hanyalah sebuah lelucon.
"Apa aku membangunkanmu?" tanya An-Hee ketika pintu kamar telah dibuka lebar oleh Viktor. Viktor menggelengkan kepalanya lalu berjalan menghampiri tempat tidur An-Hee dan mengambil bajunya untuk ia pakai.
An-Hee hanya berdiri di ambang pintu seraya memandangi punggung gagah Viktor.
"Ranjang ini punya bau yang sama sepertimu. Seolah aku tidur denganmu," ujar Viktor.
"Kurasa Ibu lupa untuk mencucinya."
"Itu akan membuatmu tidur nyenyak bila kau pulang kemari," Viktor menambahkan jawaban dari An-Hee seraya menoleh ke arah An-Hee dan tersenyum ringan.
"Viktor..." An-Hee memanggil Viktor pelan, Viktor tidak menjawab panggilan An-Hee. Melihat Viktor mengabaikannya, An-Hee menarik napas panjang dan memeluk lengannya. "Aku akan membantumu mendapatkan hakmu dari Gil. Aku akan coba membujuknya supaya ia berubah pikiran." An-Hee memberi tahu Viktor dan kali ini Viktor memberikan perhatiannya pada An-Hee.
"Ya, tentu saja. Aku tak ingin kembali pada Versca dengan tangan kosong."
Senyuman menghiasi wajah An-Hee, ia lega mendengar Viktor masih teguh pada keinginannya. Semalam hanyalah lelucon belaka.
"Jadi apa yang akan kau lakukan hari ini?" tanya Viktor seraya mengancingkan celananya dan menarik risleting celana jeansnya.
"Aku ingin mengunjungi temanku."
"Apa ia teman yang memberi tahumu soal ibumu jatuh sakit?" tanya Viktor, sekarang ia sudah selesai merapikan dirinya. An-Hee menganggukkan kepalanya lalu bersandar ke kusen pintu. Viktor menatap An-Hee bingung karena An-Hee tampak ragu-ragu.
"Aku ingin memastikan tujuannya membohongiku."
"Baguslah, aku akan menemanimu."
Viktor menghampiri An-Hee dan mereka bertukar pandang sesaat, kemudian An-Hee mengalihkan pandangannya dari Viktor ke atas ranjangnya.
"Kau tak membawa ponselmu?"
"Itu tak berguna."
"Bagaimana bila Versca meneleponmu?"
"Ia tak bisa meneleponku, di sini tak ada internet dan nomorku belum kuubah untuk layanan internasional."
An-Hee tertawa pelan seraya menganggukan kepalanya. Terakhir kali Viktor bisa menerima panggilan adalah saat mereka berada di bandara.
"Baiklah, kita pergi sekarang."
"Kau tak perlu sarapan?"
"Tidak, aku ingin segera menemuinya sebelum ia kemungkinan tidak di rumah untuk melakukan aktivitasnya." An-Hee menarik punggungnya dari bersandar ke pintu dan mulai berjalan menjauh dari kamar, Viktor menutup pintu kamar An-Hee lalu berjalan mengikuti An-Hee.
Usai berpamitan pada biarawati gereja, An-Hee dan Viktor berjalan sampai ke halte bis terdekat. Mereka harus menggunakan bis lagi untuk tiba di kota. Setelah lulus SMA, Hyun-Shik pindah ke kota dan menetap di sana demi kuliah, kemudian ia mendapatkan pekerjaan dan seorang pacar.
Sepanjang perjalanan, An-Hee tak mengerti mengapa Hyun-Shik meneleponnya dan mengatakan kabar buruk tentang ibunya. Bila Hyun-Shik sendiri yang ingin bertemu An-Hee, tidak seharusnya ia memberi tahu An-Hee lelucon tentang ibu yang paling ia kasihi, sakit. Namun, di sisi lain-penelpon yang memberi tahu An-Hee-ia akan datang untuk menjemput An-Hee membuat An-Hee was was.
KAMU SEDANG MEMBACA
SINFUL -The Hereafter- [ 3 ]
AçãoSong An-Hee yang telah menyerahkan jiwanya pada Sang Iblis, tak lagi meragukan apapun. Ia tahu dengan pasti ia akan berakhir di kegelapan kekal, namun selama Gilbert bersumpah untuk-"Aku akan mencintaimu bahkan sampai di hari penghakiman terakhir"-...