[ A u t h o r ]
.
.
Neo menyeret Tyler meninggalkan ruang keluarga, meninggal puzzle yang sedang ia coba satukan. Ia menyeret Tyler sampai ke kamarnya. Tyler tidak mengatakan apapun, tidak juga ia meronta untuk lepas dari Neo. Seperti seekor domba, ia membiarkan Neo membawa-mungkin sampai ke tempat jagal.
Neo melemparkan Tyler ke atas tempat tidur dan merangkak naik ke atas, berhenti tepat di atas tubuh Tyler. "N-Ne-Neo..." panggil Tyler, tubuhnya bergejolak, gemetar saat Neo berada di atasnya. Mata hijau yang tajam itu benar-benar membuatnya sesak napas, terlebih bagaimana Neo menatap dirinya-begitu menatang tanpa ada rasa ragu sedikit pun. "You better take the resposibility now, cause I want to cut your head so bad.... you little asshole." Neo mencekik Tyler, membawa pemuda itu mendekat ke wajahnya.
Jantung Tyler berdetak begitu kencang, terlalu kencang sampai ia merasa ia akan mati saat ini juga. Neo menjulurkan lidahnya keluar, perlahan-lahan ia menjilat pipi Tyler, membuat Tyler menahan napasnya. Meski begitu darahnya bergejolak begitu kencang. Sejak awal, ia begitu menginginkan pria gila ini untuknya. Neo kemudian menjilat bibirnya dan menatap Tyler yang wajahnya telah merona merah.
"Suatu hari nanti, aku akan memotong kepalamu, Babe." Neo tersenyum seraya menatap Tyler lekat-lekat. "No worries, Babe. Your head will make my collection PERFECT," ujar Neo lalu ia menjilat bibir bagian atasnya lagi dan melepaskan leher Tyler hingga Tyler kembali ambruk terbaring di atas ranjang Neo.
"Ha...aahh..." Tyler cepat-cepat menghirup banyak oksigen setelah cekikan Neo lepas. Neo pun melompat turun dari ranjang dan menghampiri sebuah meja yang di atas terserak berbagai macam pisau dengan berbagai macam ukuran. Neo mengambil satu bilah dan kembali ke atas ranjang, mendidih Tyler.
"Kau tahu apa yang paling aku suka dari kepala manusia?" tanya Neo seraya memainkan pisau yang ia pilih. Pisau berukuran 15 cm dengan mata pisau yang tajam, ia goyang-goyangkan di depan wajah Tyler.
"N-N-No..."
"It's so pretty... so pretty when they're all looking at me in horrify... sacred of death... AHHHH!! I can't help this tingling sensation makes my body trembling in ecstacy..." ujar Neo dengan suara mendesah basah di telinga Tyler.
Tyler menelan ludahnya lalu melirik Neo. Yang diinginkan dari pria gila ini adalah rasa takut akan kematian. Namun saat ini, perasaan seperti itu tak ada dalam diri Tyler. Neo tersenyum ringan lalu menepuk pipi Tyler dan tanpa mengatakan apa-apa, Neo mengarahkan bilah tajam pisau itu tepat di atas leher Tyler kemudian menggores leher Tyler hingga cairan merah mulai muncul bagai garis dari tinta merah yang cantik.
"HAHAHAHAHAHA!!!" Neo pun tertawa terbahak-bahak sambil bangun dari menindih Tyler. Tyler tak bergerak di atas ranjang Neo. Matanya mulai berair, napasnya memburu, dan tubuhnya terasa panas dan dingin di saat yang sama. Suara tawa Neo memenuhi ruangan. "DON'T YOU DARE TO SAY LOVE AGAIN.... or... I WILL CUT YOUR HEAD FOR REAL," ujar Neo usai tawanya berhenti.
Neo berjalan menghampiri salah satu rak dari koleksi kepalanya. Mengambil tabung berisi kepala seorang pastor. "I Love you so much!!" ujarnya lalu mengecup tabung itu.
"Te-Te-Tell me..."
Neo menoleh ke arah ranjang dan melihat Tyler telah duduk sambil menatap ke arahnya. Dari masih mengalir keluar dari luka di lehernya.
"Apa ya-ya-yang kau be-ben-benci?" tanya Tyler. Neo mengalihkan tatapannya dari Tyler ke tabung. "Mereka yang tidak takut pada kematian, mereka yang adalah dewa kematian." Neo menjawab kemudian menyelentik kaca tabung itu. "Orang yang berteman dengan kematian adalah manusia paling membosankan. HAHAhAHAHAHA! Kenapa? KARENA WAKTU AKU HENDAK MEMOTONG KEPALA MEREKA, MEREKA TAK MEMBUAT WAJAH MENJIJIKAN YANG AKU SUKAI!!" seru Neo.
KAMU SEDANG MEMBACA
SINFUL -The Hereafter- [ 3 ]
AcciónSong An-Hee yang telah menyerahkan jiwanya pada Sang Iblis, tak lagi meragukan apapun. Ia tahu dengan pasti ia akan berakhir di kegelapan kekal, namun selama Gilbert bersumpah untuk-"Aku akan mencintaimu bahkan sampai di hari penghakiman terakhir"-...