Sin 18 : The Devils

10.2K 1.2K 259
                                    

[ A n – H e e ]

.

.

Aku merapikan kemeja hitamku sebelum memakai cardigan rajutan putihku, kemudian mengalungkan rosario di leherku, memasukkannya ke dalam pakaian. Setelah selesai merapikan diri, aku meninggalkan kamar untuk bergabung sarapan bersama dengan Gilbert dan yang lainnya.

Ketika aku memasuki ruang makan, aku melihat Ian, Tyler, Ashton dan... Neo? Aku menatap Neo tak berkedip. Rambut kuning berubah menjadi merah mencolok.

"AN-HEE BABY!!" seru Neo sambil melambaikan tangan. "GLAD YOU STILL ALIVE! I THOUGHT BOSS KILLED YOU!" lanjut Neo sambil tersenyum lebar. Aku tertawa kering dan menghampiri kursi yang kosong di sebelah Gilbert.

"Berikan selai kacangnya padaku," pinta Ashton. Aku mengambil mangkuk selai itu dan memberikannya pada Ashton, ia mengucapkan terima kasih dan langsung sibuk mengolesi roti panggangnya.

"Apa yang terjadi dengan rambutnya?" tanyaku, berbisik ke Ashton.

"Dia begitu frustasi karena kau diculik dan kemungkin dipenggal Boss membuatnya punya ide bodoh," jawab Ashton. "Dia pikir bila ia menyemir rambutnya merah, boss akan mengira ia telah mati hingga darah mengubah rambutnya." Ashton melanjutkan ceritanya dan aku berusaha untuk tidak tertawa sambil melirik Neo.

"Apa yang terjadi dengan bibirmu?" tanya Ashton, ia mungkin menyadari luka di bibirku.

"Hukuman dari Gilbert."

"Apa itu sakit?"

"Ya, tapi aku menikmatinya."

"An-Hee kau sungguh gila."

Aku terkekeh mendengar Ashton yang berkomentar. Aku tidak bohong, aku menikmatinya. Bagaimana dengan murka dan amarah menyerangku, memandangku dengan tajam, membuatku sesak karena mencekik leherku, lalu pada akhirnya dengan lembut ia akan mencintaiku.

"Kenapa kau diam saja?" tanya Gilbert tiba-tiba, lamunanku buyar dan aku cepat-cepat menggelengkan kepala. Aku melirik Gilbert yang tengah menyeduh kopinya dan tersenyum lemah. Mungkin suatu saat aku benar-benar akan dibunuh olehnya.

"Mana yang kau sukai? Mentega atau kacang?" tanya Gilbert. Aku melihat Gilbert memegang pisau selesai, menunggu jawabanku.

"Gil... kenapa dengan tanganmu?" tanyaku ketka aku melihat tangan kanannya dibalut perban.

"Hanya sedikit ceroboh. Jadi mana yang kau pilih?"

"Mentega.." jawabku.

Gilbert mengoleskan mentega ke roti panggang dan setelah selesai, ia meletakkan roti itu di piringku. "Jangan melamun, segera isi perut dan kita akan menyusun rencana," ujar Gilbert. Aku menganggukkan kepalaku, lalu menggigit roti panggang yang Gilbert berikan.

"Bila kita menemukan Jeremy, kita akan tahu semua kebenaran dari masalah ini." Riley memulai pembicaraan. Ian yang duduk di sampingnya, menganggukan kepala.

"Apa kau tak bisa melacak dimana pria itu bersembunyi?" tanya Ashton.

"Sayangnya tidak."

"WHY SO DIFFICULT?!"

"Karena ia mantan anggota kita, jadi ia tahu betul bagaimana menyembunyikan diri dari kita." Riley menjawab pertanyaan Neo. Neo hanya mengangkat pundaknya menanggapi apa yang Riley katakan.

"Bila kita tidak tahu dimana ia, bagaimana kita bisa menghabisinya?" tanya Ashton.

Aku menatap Gilbert sesaat sebelum kembali menatap sup jamurku seraya menggigit roti panggang.

SINFUL -The Hereafter- [ 3 ] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang