Amerika Serikat-New York
.
.
.
"Selamat pagi, ada yang bisa kami bantu?" tanya seorang wanita dengan rambut yang di sisir rapi ke belakang, tersenyum ramah pada pria di depan meja resepsionis perusahaan. "Selamat pagi, aku kemari memenuhi udangan Tuan Donnovich." Pria itu meletakkan selembar kertas seukuran kartu nama di atas meja resepsionis lalu dengan ujung jari telunjuknya yang lentik ia mendorong kertas itu ke arah si wanita. Tanpa perlu membaca apa yang tertulis di atas kertas, wanita itu mempersilakan si Pria untuk ikut bersamanya.
"Sebelah sini Tuan," Si wanita mempersilakan pria itu untuk berjalan lebih dahulu di depannya. Beberapa langkah di depan si Pria, seorang pria yang bertubuh tinggi dengan wajah tegas maskulin menatap pria yang menjadi tamu perusahaan.
"Ikuti saya, Tuan."
Ketika tamu itu telah berjalan mengikuti pria lainnya, wanita itu pun berbalik dan berjalan pergi meninggalkan si tamu, ia kembali ke meja resepsionisnya.
"Bisakah kau menahannya beberapa detik sebelum kau tiba di ruangan?"
Pria itu menghela napas seolah menimpali suara seseorang yang berbisik di telinganya. Ia melirikkan matanya ke samping kiri dan melihat lukisan danau yang terpanjang di dinding. Tanpa ragu ia menghentikan kakinya dan berdiri menatap lukisan itu.
Menyadari bunyi langkah kaki sang tamu berhenti, pria yang memandu sang tamu pun ikut menghentikan langkahnya. Ia membalikkan badan dan menatap sang tamu yang diam memandangi lukisan.
"Ada apa, Tuan?"
"Lukisan ini... kalau tidak salah pelukisnya Tuan Lauren Harris, bukan?"
Pria itu menganggukkan kepalanya, "benar sekali Tuan. Ini adalah lukisan tangan Tuan Harris."
"Tapi bukankah lukisan ini telah dibeli oleh Tuan Paul McKaney pada lelang tahun 2002...?" tanya sang tamu seraya menggeser kakinya, menatap si pria pemandu. "Tuan Donnovich telah membelinya dalam lelang tahun lalu," suara yang berat itu menjawab.
"Begitu rupanya."
"Apakah anda sudah puas memandangi lukisan tersebut?"
"A-Ah, ya. Maaf."
Mereka kembali berjalan menuju ke ruang utama kepala perusahaan. Sebelum mereka tiba, pintu ruangan itu terbuka kemudian seorang pria dengan pakaian pelayan mendorong kereta saji keluar dari ruangan.
Pelayan itu tersenyum ramah ketika ia berpapasan dengan sang tamu. Sang tamu pun membalas senyuman sang pelayan.
"Silakan masuk, Tuan Donnovich telah menunggu anda."
Sang tamu pun melangkahkan kaki masuk ke dalam ruangan tanpa ragu, begitu ia berada di dalam, pintu ruangan kembali tertutup rapat.
"Kau punya waktu tiga menit." Kembali suara yang tak asing itu berbisik di telinganya. Tanpa membuang waktu, sang tamu berjalan menghampiri lukisan dari kain perkamen yang terpanjang di dinding. Ia mengeluarkan sepasang sarung tangan dari jasnya dan memakai sarung tangan itu. Setelah kedua tangannya dilapisi sarung tangan, ia melepaskan lukisan itu dari dinding dan meraba dinding kemudian mendapati salah satu sisi dinding yang terasa berbeda.
"Sepertinya ada di balik dinding."
"Apa kau bisa mendapatkannya?"
"Tentu saja, kali ini aku akan membuktikan padanya aku mampu."
Sang tamu pun kembali meraba ke sisi lain dinding kemudian ia mendapati satu kecil bidang persegi empat yang berwarna sama seperti warna dinding. Ia menekan bidang itu lalu seluruh permukaan dinding yang ditutupi oleh lukisan tadi mulai bergeser sendirinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
SINFUL -The Hereafter- [ 3 ]
AçãoSong An-Hee yang telah menyerahkan jiwanya pada Sang Iblis, tak lagi meragukan apapun. Ia tahu dengan pasti ia akan berakhir di kegelapan kekal, namun selama Gilbert bersumpah untuk-"Aku akan mencintaimu bahkan sampai di hari penghakiman terakhir"-...