[ A n - H e e ]
.
.
"Viktor...?"
Aku berjalan menghampiri Viktor yang masih berdiri di dekat kursi yang ada di teras. Ketika akhirnya aku tiba di dekatnya, ia menatapku lekat-lekat, seolah ada sesuatu yang ingin ia sampaikan.
"Aku memberi tahumu jika Gil akan kembali secepatnya, tapi... ia tampaknya tak akan kembali dalam waktu dekat," ujarku memberi tahunya. Viktor tak langsung memberiku jawaban. Ia menatapku sesaat kemudian duduk di kursi teras.
"Sebenarnya apa yang Gilbert kerjakan di New York?" tanya Viktor sambil mengambil buku yang tadi aku baca, Viktor menatap tulisan pada sampul buku itu.
"Hal yang kedengaran konyol bagimu tapi tidak baginya," jawabku.
Viktor meletakkan kembali buku itu dan menatapku, "apa yang kedengaran konyol bagiku?" tanyanya.
Aku menahan napasku beberapa saat sebelum memberi Viktor jawaban. "Ada seorang pria yang tak kukenal mengirimkan pesan yang sedikit tidak menyenangkan padaku. Gilbert kembali ke New York karena kami dapat informasi bahwa pria itu ada di sana. Ia akan membereskan pria itu."
Aku dan Viktor saling berpandangan selama beberapa saat. Tak ada satu kata pun yang keluar dari mulut kami.
"An-Hee, ka-ka-kau tida-da-dak jadi meng-meng-mengambil kain un-un-untuk membung-bung-bungkus ma-ma-mayat burung?"
Aku terperanjat kaget ketika mendengar Tyler bertanya, menegurku. Ia berjalan menghampiriku dan menatapku bingung.
"Ya, aku akan mengambilnya." Aku menatap Tyler sambil tersenyum ringan kemudian berjalan masuk kembali ke dalam rumah, tapi sebelum aku benar-benar pergi untuk mencari kain, aku membalikkan badan, memandang Viktor dan Tyler.
"Tyler," panggilku.
Tyler menoleh ke arahku, "bisakah kau yang mencari kainnya? Aku yakin ada yang bisa digunakan dari kain-kain dalam lemari Xing."Tyler menatapku lekat-lekat sebelum ia membawa tubuhnya melangkah masuk ke dalam, pergi begitu saja melewatiku.
Aku terus memandangi Tyler sampai ia benar-benar menghilang dari pandanganku, lalu aku bergegas kembali ke teras, menghampiri Viktor.
"Apa kau masih bersikeras untuk tetap menuggu Gil kembali dan meminta hakmu darinya?" tanyaku. Viktor mengalihkan pandangannya dariku dan menatap ke lantai kayu teras dengan tatapan ragu. "Aku yakin kau mengenal Gil lebih dari aku mengenalnya... karena itu, aku harap kau tak memutusan keputusan yang salah." Aku memberi tahunya.
"Keputusan yang salah, huh..." Viktor menjawab setengah bergumam dan menghela napas. "Gilbert mengambil segelanya setelah ia berhasil membunuh Evgeny, aku pun tak punya pilihan lain selain membunuhnya."
"Ha..ha.."
Aku terkekeh pelan mendengar apa yang Viktor ucapkan. Bagiku Viktor terdengar begitu konyol.
Aku membuka langkahku dan bersandar ke tembok sambil melipat kedua tanganku di depan dada. Sementara itu Viktor menatapku kesal, mungkin atas kekehan mengejek yang aku lontarkan.
"Kau tak akan mampu membunuh Gil."
"Apa kau meremehkanku?"
"Tidak," jawabku menatap Viktor pasti. "Kau mungkin harus membunuh Versca lebih dulu untuk menghabisi nyawa Gilbert, karena ia tak selemah dirimu." Selesai berkata-kata, Viktor tiba-tiba dengan gesit beranjak dari duduknya dan menghampiriku, mencekik leherku.
"Kau terlalu banyak bicara omong kosong, binatang peliharaan."
"Ghh...ffhgh..."
Cengkraman Viktor begitu kuat, membuat leherku amat sakit. Namun, ada sebuah kebimbangan dari sorot matanya. Ia berbeda dari Gil-kedua mata itu penuh keraguan, sedang Gil tapi pernah ragu sekalipun, bahkan jika ia berhasrat untuk merenggut nyawaku.
KAMU SEDANG MEMBACA
SINFUL -The Hereafter- [ 3 ]
AçãoSong An-Hee yang telah menyerahkan jiwanya pada Sang Iblis, tak lagi meragukan apapun. Ia tahu dengan pasti ia akan berakhir di kegelapan kekal, namun selama Gilbert bersumpah untuk-"Aku akan mencintaimu bahkan sampai di hari penghakiman terakhir"-...