34 "kecewa"

456 88 39
                                    


Yuki berjalan secepat mungkin melewati lorong panjang dengan cat berwarna putih. Bau obat menusuk tajam dihidungnya. Kepalanya terasa begitu pusing, tapi tak dihiraukannya. Ia hanya ingin suaminya. Hanya ingin melihat laki-laki itu sehat-sehat saja dan tersenyum menyapanya.

"Aa' lagi dijalan nih, Jul mau nitip apa?"

Teringat kembali suara suaminya beberapa jam yang lalu. Suara yang selalu ia tunggu setiap hari. Laki-laki itu masih sempat terkekeh, masih menggombalinya seperti biasa.

"Tutup handphonenya a'... Jangan telfon kalo masih dijalan!" Perintah Yuki saat itu. Dan David menurutinya setelah memberi Yuki satu ciuman.

Aa'... Jul nggak akan maafin aa' kalo aa' sampe kenapa-napa! Nggak akan! Omel Yuki dalam hati. Ia tak perduli beberapa orang memandangnya aneh karena ia berjalan begitu cepat dengan kondisi mata sembab karena menangis. Suaminya harus selamat!

Diujung lorong, Yuki terlihat bingung, kemudian menyeracau sendiri.

"Seruni 4, mana seruni 4?"

Wajahnya tampak bingung. Kemudian berubah menjadi sedikit lega ketika sosok Densu dilihatnya didepan sebuah kamar.

"Kak Densu!" Teriaknya. Kemudian menghampiri laki-laki itu sekejap. Tanpa sempat mengatakan apapun Yuki kembali berjalan memasuki kamar Seruni 4. Dan.... Kosong.

Yuki membalikkan badan, memandang wajah Densu dengan seksama meminta penjelasan. Jelas-jelas tadi ada pihak Rumah sakit yang menelfonnya, mengatakan bahwa David mengalami kecelakaan parah dan dibawa ke rumah sakit ini.

"Aa' mana kak?" Tanyanya. Segala macam fikiran buruk berputar dikepalanya. Tentang handphone David yang tidak bisa dihubungi, tentang keterlambatan David pulang hingga beberapa jam padahal David jelas-jelas sudah mengatakan dalam perjalanan pulang, tentang telfon itu. Apa yang terjadi dengan suaminya?

Wajah Densu tidak bisa diartikan. Ia terlihat sama bingungnya dengan Yuki.

"Mana aa' kak??!!" Kata Yuki lagi, kali ini Setengah berteriak histeris. Ia benar-benar tidak sabar.

"Gue juga nggak tau Kuy." Katanya. Semakin bingung karena melihat Yuki begitu tertekan. Sebenarnya ini jebakan atau kenyataan? Kenapa tak ada David didalam kamar?  Batin Densu. Belum sempat ia melangkah untuk bertanya pada perawat yang lewat, tiba-tiba dilihatnya Yuki oleng. Densu segera berlari menghampirinya dan menangkap perempuan itu dengan sigap.

"Kuy... Ikuy...Lo kenapa?" katanya sambil memukul-mukul pipi Yuki yang sekarang ada dipelukannya halus. "Kuy??" Panggilnya lagi, tapi nampaknya Yuki sudah tidak sadarkan diri.

Sementara itu, disudut lorong, dibalik pintu salah satu kamar. Seorang gadis berdiri sambil mengarahkan ponselnya ke arah mereka berdua.

"Nice shoot." Katanya dengan senyum sinis. Sebuah rencana hebat sudah dia susun dengan sangat baik. Dia yakin, setelah ini perlahan-lahan David pasti menyadari, dialah yang lebih pantas berada disamping laki-laki itu.

*******

"Lo udah bangun?" Suara Densu terdengar khawatir. Yuki mengerjap-ngerjapkan matanya berat. Dimana dia? Kenapa dia yang dirawat? Mana suaminya?

"Aa'?" Tanyanya pada Densu hampir seperti berbisik.

"Belum bisa dihubungi, Tapi gue udah nanya ruang informasi dan perawat, nggak ada pasien bernama David.."

"Kak Rikas? Kakak udah hubungin kak Rikas? Om Kris? Mbak Rosa"

"Rikas lagi ke Merauke sama kru,  mungkin susah signal disana."

I am here   (END)✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang