Lila memperhatikan tiap lembar presensi yang ada di hadapannya setelah ia kelar membubuhi tanda tangannya sendiri. Hmm.. Hm. Mana ya. Mmm..Gotcha!
Talia A. Kusumawardhani
Ooo. Jadi itu namamu. Kira-kira "A" itu kepanjangannya apa ya, batin Lila penasaran. Lalu buru-buru ia serahkan lembar presensi tersebut kepada teman di samping kanannya yang sudah bosan menengok ke arahnya dengan tatapan sinis.
"Maaf." Lila berkata pelan.
Selama di dalam kelas, Lila asyik melamun sambil mencorat-coret puisi tanpa mengacuhkan pembahasan dari sang dosen.
"Punggung"
Melihatmu dari belakang
Aku ketakutan
Melihatmu dari depan
Terlalu riskan
Mungkin aku akan pingsan
Dan takkan siuman
Lebay.Lalu tiba-tiba hal yang tak terduga terjadi. Perempuan itu, yang sedari tadi Lila perhatikan (punggungnya), membalikkan badan dan menengok ke arahnya. Sekejap mata Lila terbelalak.
Tidak. Bukan itu saja. Ternyata semua orang sedang melihatnya. Suasana mendadak menjadi hening.
"Halo mbaknya?" bapak dosen memanggil. Untuk kedua kalinya. Tadi Lila rupanya tak sadar karena disibukkan oleh lamunan di siang bolong.
"S-s-s-sa-saya pak?" Lila bingung dan menunjuk dirinya sendiri.
"Iya, kamu yang lagi megang pulpen." bapak dosen menegaskan.
"I-i-iya pak?"
"Bisa tolong ulangi penjelasan saya tentang hubungan ilmu politik dengan filsafat?"
"..."
"Karena dari tadi saya lihat njenengan rajin mencatat." lanjut bapak dosen tersenyum ramah.
"Mmm.... karena.... dalam ilmu politik.. kita.... dituntut.. berpikir...?" lamban Lila merespon, entah dengan menjawab atau balik bertanya.
Mendengar jawaban seperti itu, makhluk seisi kelas tertawa. Termasuk sang dosen yang secara maklum lanjut menerangkan dan mengulangi penjelasannya khusus untuk Lila yang saat itu mati gaya. Bagaimana dengan reaksi Talia? Dia hanya menyunggingkan senyum tipis dan memutar badannya kembali, tak peduli atas kegaduhan kecil itu.
Mati aku, batin Lila yang diam seribu bahasa. Sekalinya diperhatikan malah langsung diabaikan begini. Betapa saat itu ia merasa kesan yang sudah ia tunjukkan membuatnya menjadi manusia paling tolol sedunia.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love is wanting to be Loved
RomanceCerita biasa tentang perempuan yang menyimpan rasa mendalam kepada sesama perempuan. * * * Love is real, real is love Love is feeling, feeling love Love is wanting to be loved Love is touch, touch is love Love is reaching, reaching love Love is aski...