Menyeruak

3.7K 426 32
                                    

Berkali-kali Lila menelepon dan mengirim pesan pada Talia namun tidak ada jawaban yang ia terima. Setengah jam telah berlalu. Joni menawarkan pada mereka untuk mengecek ke beberapa klab malam yang mungkin didatangi Talia. Lila dengan lemah berkata bahwa usianya baru 17 tahun sehingga ia belum bisa ke sana. Lagian ia tidak ingin ke sana. Joni menghela nafas dan berinisiatif bahwa ia akan mencoba mengecek ke dua klab malam yang terdapat di jalan Magelang dan menyarankan agar Atik dan Ossy ke klab malam lainnya yang berada di Seturan Raya untuk menghemat waktu. Sedangkan Lila bisa menunggu di kosan ini sambil tetap menghubungi Talia, atau setidaknya siap siaga dengan diri dan ponselnya. Siapa tahu Talia akan menghubunginya. Lila mengangguk menyetujui usulan tersebut dan ketiga temannya yang lain pun mulai berpencar.

Sudah hampir satu jam dan Lila belum juga mendapat kabar dari Talia maupun teman-temannya. Shinta yang awalnya ikut menemaninya kini sedang istirahat di kamarnya. Katanya dia lelah habis danusan semalaman. Lila yang sejak awal memang tidak minta ditemani memaksanya untuk tidur saja. Ia bisa berjaga sendirian. Shinta pun masuk ke kamarnya setelah menawarkan Lila untuk tidur di kamarnya bila Lila terlampau mengantuk. Lila berterimakasih atas kebaikan Shinta tersebut, meski mereka hanya saling mengenal nama.

Sejujurnya Lila tidak tahan berdiam diri seperti ini. Mulutnya menguap terus-terusan namun pikirannya resah berkelana membayangkan yang tidak-tidak. Ia ingin pergi namun tidak tahu harus kemana. Tidak pernah terbesit di pikirannya akan sesulit ini mencari Talia. Bahkan ia tidak pernah berpikir akan mencari Talia sama sekali. Selama ini ia lah yang selalu dicari-cari perempuan itu. Mengingat dirinya yang beberapa kali menghilang akibat dilanda kegalauan. Terlalu egoiskah dirinya?

Mencintai seseorang tanpa aksi.

Ia baru saja menelepon Joni ketika didengarnya deru mesin motor menghampiri. Atik dan Ossy hanya menggeleng ke arahnya dari bawah sana, pertanda tak menemukan sosok Talia di tempat mereka tadi. Di seberang lainnya Joni mengangkat panggilan teleponnya. Berteriak tak jelas karena dentuman musik keras mengalahkan suaranya. Tapi perasaan Lila menangkap dengan jelas bahwa yang disampaikan oleh Joni sama dengan kedua temannya barusan; tak ada Talia di sana. Lila meremas rambutnya gemas. Ke mana Talia pergi?

Sudah puluhan missed calls ia buat, dan entah sudah berapa chat ia ketik, tapi masih tak berbalas. Apakah Talia dalam kondisi yang baik-baik saja? Atau dia hanya sedang ingin 'mengerjai' mereka—sebagai balasan karena tidak mengacuhkannya?

Sulit untuk memercayai hal itu. Talia bukan seorang drama queen. Meski hidupnya terkadang dipenuhi drama. Setidaknya itu yang pernah Lila lontarkan padanya, yang menjadi salah satu alasan pertemanan mereka berantakan untuk beberapa bulan. Tapi Lila tahu itu adalah efek dari emosi sesaatnya yang ia sesali kemudian. Dan sekarang, ia tidak tahu harus berbuat apa dan bagaimana. Bahkan ia sudah tidak mampu berpikir jernih! Rasa lelah mulai menguasai.

Pukul 02.30 dan Atik mengajak Lila pulang. Ossy menawarkan mereka berdua menginap, walau tempat tidurnya hanya cukup menampung dua orang. Atik menolak dengan alasan dirinya yang agak rempong terkait urusan inap-menginap, sedangkan Lila menolak karena menganggap kue—ulang tahun Talia—perlu disimpan di kulkas agar tidak basi. Ossy segera mengatakan bahwa di kostnya pun terdapat kulkas, sehingga Lila tidak punya alasan untuk menolak ajakannya. Namun Lila kekeuh menolak secara halus. Ia hanya butuh waktu untuk sendiri.

Ada semburat kekecewaan di mata Ossy saat mendengar penolakannya. Namun dia lekas menutupi rasa kecewanya itu dengan senyuman. Dia lalu memeluk Atik dan Lila sambil berpesan kepada mereka untuk berhati-hati di jalan. Ossy menambahkan bahwa mereka sebaiknya saling berkabar terkait Talia—bila ada—sampai pukul 9 pagi nanti. Saat mereka memulai hari untuk kuliah—perkuliahan Ossy sendiri baru akan dimulai pukul 11. Lila dan Atik mengangguk menyetujui lalu pamit pulang.

Love is wanting to be LovedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang