Weight of Love

6.4K 484 137
                                    

Apabila di semester pertama Lila selalu satu kelas dengan Joni di semua mata kuliah dan kadangkala sekelas dengan Atik untuk mata kuliah tertentu, maka di semester dua ini takdir mempersatukan mereka bertiga di keseluruhan mata kuliah. Well, lebih tepatnya mereka sendiri yang menyatukan diri dengan menyamakan jadwal masing-masing—alias jadwal Lila cum jadwal Talia—berhubung masih muda dan dimudahkan dan belum ada mata kuliah yang dapat diulang. Lila sendiri masih bisa berbangga diri dengan IP semester yang cukup memuaskan dan beberapa nilai B yang ia kira tak akan mau ia ulangi sampai semester kapan pun. Cukup, cukup, cukup sekali. Thanks to Talia dengan jadwal supernya sehingga mereka bisa bersama dengan kepuasan total.

Ya, puas sekali. Bukan hanya karena jadwalnya yang tidak ada jam 7 pagi—selalu dimulai pukul 9 (ini cocok buat Lila yang susah bangun pagi)—dan padat tanpa celah (Tak perlu menunggu lama jadwal kuliah berikutnya!), tapi mereka juga bisa menikmati weekend panjang selama tiga hari berturut-turut—Jumat, Sabtu, Minggu. Meski sesungguhnya tak masalah bagi Lila bila setiap hari harus kuliah, asalkan ia tetap bisa memandang sosok yang dipujanya itu. Itu yang lebih penting karena itu yang jadi alasan utamanya sebermula. Selain itu, sebagai bonus, dosen-dosen yang mengajar mereka pun memberikan kesan pertama yang mengasyikkan, tak tahu pula dengan nanti-nanti—nilai-menilai. Itu urusan belakangan.

Berbicara tentang kuliah perdana, tokoh utama kita, Lila, tak henti-hentinya menunjukkan tampang gelisah, menoleh ke sana ke mari mencari entah siapa. Siapa lagi kalau bukan dia. Dapat dibayangkan di satu minggu pertama ia tak menemukan Talia, ia mengira perempuan itu telah membohonginya dengan jadwal pura-pura. Tapi di lembar presensi selalu ada namanya, walau tak pernah dibubuhi tanda-tangan. Apa pindah kelas? Tapi di mana-mana ia juga tak sekalipun melihatnya. Seandainya pada hari itu ia yang menyimpan nomor hp Talia, barangkali ia akan segera menghubunginya, sekadar menanyakan kabar atau apa sajalah. Tapi fakta berkata sebaliknya, hari itu hanya Talia yang menyimpan nomor hpnya, lebih tepatnya Lila yang menyimpan kontaknya sendiri ke hp Talia, dan selanjutnya tak ada apa-apa. Ia tak pernah menerima panggilan maupun pesan singkat. Ingin bertanya kepada anak-anak lain yang sudah pasti memiliki nomor hpnya, tapi ia takut ditanyakan kembali untuk apa. Jadi ia menunggu saja. Menunggu adalah keahliannya.

** * **

Satu kelas dengan kedua sahabatnya di semua mata kuliah tidak berarti Lila dapat bersama mereka setiap saat, sesuka hati. Paling-paling hanya di jeda kuliah yang sebentar itu. Tidak seperti dulu, walau tak selalu sekelas—kecuali dengan Joni—mereka dengan gampangnya menyempatkan diri bersama kapan saja, entah untuk makan di luar kantin sendiri atau jalan-jalan—dalam arti yang sebenarnya, dengan kaki—menyusuri setiap sudut kampus sayap timur ataupun barat, melakukan apa pun (meski kebanyakan tepe-tepe, khususnya Atik dan Joni). Tapi sekarang keadaan sudah berbeda. Atik semakin sibuk berorganisasi slash pacaran di sekrenya, Joni lebih sering nongkrong dengan teman seperkelaminannya menggoda lawan kelamin yang lewat, sedang Lila sibuk mencari kesibukan sebelum ia sibuk dengan part-time-nya. Mahasiswa kupu-kupu? Tidak juga. Mungkin lebih parah; mahasiswa kuper (kulah-perpus), karena sehabis kuliah ia rajin berhibernasi di sana. Apa tidak bosan anak itu bersentuhan dengan buku selalu? Untungnya tidak. Tapi lebih beruntung lagi kalau ia dapat bersentuhan dengan Talia yang menjadi obyek favoritnya di samping buku. Eh obyek? Dikata barang.

Ngomong-ngomong tentang Talia yang tidak habis-habisnya diomongi, dia sendiri jarang berkeliaran di kampus bila kuliah sudah selesai. Sama dengan Lila yang bukan anak organisasi, Talia mungkin lebih pantas dijuluki sebagai mahasiswa kupu-kupu. Tapi apa benar dia pulang? Atau pergi, entah kemana? Lila kepo. Dihampirinya Talia sebelum perempuan itu bergegas menghilang seperti biasa.

Sebelum percakapan di antara mereka dimulai, mari diceritakan terlebih dahulu apa yang terjadi di antara keduanya beberapa hari terakhir.

Tidak ada yang terjadi.

Love is wanting to be LovedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang