"Dari kali pertama kita ketemu, aku udah tertarik sama kamu."
"Terus waktu aku nggak sengaja ketemu kamu untuk yang kedua kali, waktu itu di kolam renang, rasanya bahagia banget."
"Sampai akhirnya kita kontak-kontakan, rajin ketemuan, dan aku makin kenal kamu."
"Aku rasa aku udah benar-benar jatuh hati sama kamu."
"Aku sayang kamu, Lila."
...
"Nggak peduli kamu nganggap aku seperti apa, aku cuma ingin ngungkapin itu."
"Aku bahkan nggak tau apakah kamu punya rasa yang sama kayak aku, atau bahkan kamu sama kayak aku."
...
"Aku berani ngambil resiko untuk jujur, karena aku percaya, kamu."
Lila membeku, kehabisan kata-kata. Seperti ada sesosok tangan kokoh tak kasat mata yang sedang meremas jantungnya saat ini.
Anehnya, hal itu, terasa...memabukkan.
Dan nikmat.
Sial, tiba-tiba ia sudah menjadi masokis.
Lila menatap Ossy, mencoba mencari celah dari kedua bola matanya itu.
Perempuan itu tidak sedang bercanda. Tapi apakah mungkin dia serius dengan perkataannya barusan?
Akhirnya tanpa dikehendaki, air mata Ossy menetes. Reaksi kaget dari Lila yang tanpa disertai respon sedikit pun itu membuat hatinya remuk dan sakit. Meski begitu tak sedetik pun mereka saling mengalihkan pandangan dari satu sama lain.
Kemudian, Ossy hendak berdiri saat tiba-tiba Lila mendorong tubuhnya sendiri ke tubuh Ossy, memeluknya. "Makasih, makasih. Makasih udah jujur ke aku, Sy." ucapnya terbata-bata. Ingin menenangkan perempuan yang sedang berada di pelukannya itu. Tapi pikirannya sendiri tak bisa tenang mendapatkan pengakuan semacam itu.
"Aku tau butuh keberanian buat mengatakan itu..." Lila meyakini itu sepenuh hati, "T-t-t—" baru saja ia akan mengatakan 'Tapi', Lila dibuat semakin terkejut dengan 'keberanian' Ossy lainnya. Wajah perempuan itu memenuhi lehernya, menjadikan leher Lila basah dengan cairan mata. Seketika seluruh tubuh Lila mengejang dan panas—di dalam dingin di luar. Bulu-bulu halus di tekuk lehernya berdiri. Dan Ossy semakin bertindak tidak terkendali.
"...Sy"
"Emm." Ossy mengabaikannya. Masih memeluknya erat dan menyembunyikan kepalanya di balik leher itu. Mengusap matanya pada leher itu
Mengapa ini terasa salah dan nikmat di waktu bersamaan? Matanya pun terlena dan terpejam merasakan sentuhan itu. Sentuhan tulus tanpa pretensi yang hampir tidak pernah orang lain berikan untuknya. Bahkan Talia.
Pertama kali dalam hidupnya.
Cukup lama mereka berpelukan. Sampai Ossy akhirnya menarik kepalanya dan mengusap-usap matanya yang memerah dengan jari-jari. Ada perasaan lega yang membuatnya tersenyum detik itu juga, "Maaf.." ucapnya bohong. Dirinya tahu tidak perlu meminta maaf atas perasaan sayang yang merambat seiring berjalannya masa.
"Ga usah minta maaf." Dan dia tahu persis bahwa Lila akan mengatakan itu kepadanya. Dan mereka pun tergelak sesaat atas kekikukan yang terjadi.
Usai menertawakan realita—yang aneh tapi nyata—tiba-tiba Lila mengalami suatu kondisi dimana perutnya terasa geli. Seperti digelitik oleh kupu-kupu. Biasanya ia hanya merasakan momen ini ketika berada di samping Talia. Tapi, setelah mendapat pengakuan yang aneh ini—namun mengharukan—dari perempuan lain, yang tak pernah ia sangka adalah Ossy, ia menjadi gugup setengah hidup.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love is wanting to be Loved
RomansaCerita biasa tentang perempuan yang menyimpan rasa mendalam kepada sesama perempuan. * * * Love is real, real is love Love is feeling, feeling love Love is wanting to be loved Love is touch, touch is love Love is reaching, reaching love Love is aski...