Tentang harap berlepas cemas
Aku berbisik pada sang waktu
Jika sebentar menjadi takdirku
Biarlah abadi jadi lanjutannyaMemang ku sadari
Menggenggam duri itu perih
Menembus kulit berlulur darah
Namun indah nikmat ku rasaBukan hakku untuk mencerca
Jika inilah takdir dari-Nya
Merengek sesal pun rasa percuma
Siapa aku, hanyalah seorang hambaOrang-orang menerka duka
Tapi aku mengernyit paksa
Karena duka bukanlah akhir
Bagai pelangi setelah petirBiarlah pekat ia melekat
Lepas penatku di palung tenang
Cukupkan asamu terus mengepak
Karena cinta-Nya sungguhlah hangatSurabaya, 2017

KAMU SEDANG MEMBACA
La tahzan
PoetryKetika hati berkata bahwa Allah itu tidak adil, maka di saat yang sama pula seakan kita telah mendustakan nikmat yang Dia berikan. Sadarlah, bahwasanya sakit dan kepedihan yang kita derita tidaklah lebih berat dari orang-orang yang mungkin mengalam...