Ada yang samar saat kau berbisik jika aku tidak boleh pergi
Jangankan menoleh, untuk menjawab saja aku tergagu
Lalu, pada seduhan panas kopi yang telah tersuguh
Adakah kau datang untuk memulai tawa yang lugu ?
Tidak, aku tidak lagi ingin tertipu
Bagaimana kaca yang pecah tak lagi bisa utuh
Terlebih lidahmu begitu tajam bagai sembilu
Maaf, aku bukan lagi seseorang yang kau pijaki dalam rapuh.
Semoga padamu yang kau anggap kita masih bisa berbenah
Cukuplah kita menjalani ini tanpa harus saling menua bersama.16.41 WIB
Sampit, 12/10/2018
KAMU SEDANG MEMBACA
La tahzan
PoetryKetika hati berkata bahwa Allah itu tidak adil, maka di saat yang sama pula seakan kita telah mendustakan nikmat yang Dia berikan. Sadarlah, bahwasanya sakit dan kepedihan yang kita derita tidaklah lebih berat dari orang-orang yang mungkin mengalam...