Part 2

13.5K 611 4
                                    

Seorang pria tampan terlihat sedang memandang keluar jendela. Keramaian kota tak membuatnya terusik sama sekali. Hanya tubuh tegapnya saja yang berada di tempat, tapi pikirannya melayang tidak tentu arah. Mata tajamnya terkesan kosong. Pandangannya menerawang jauh. Tangannya terkepal erat, saat kilasan masa lalu kembali berputar di kepalanya bagai film rusak. Nafasnya kian memburu karena emosi. Dadanya terasa sesak menahan rindu dan kecewa secara bersamaan. Tangannya perlahan terangkat dan bertumpu pada kaca di hadapannya, mata tajamnya perlahan menutup. Dia berharap dengan menutup matanya, dia bisa mengusir bayangan masa lalu itu. Pria itu berusaha keras untuk mengatur emosinya supaya tidak meledak saat itu juga.

tok tok tok

Suara ketukan pintu menyadarkannya. Pria itu memperbaiki sedikit penampilannya, lalu ia melangkah menuju kursi kebesarannya dan memasang wajah datar andalannya.

"Masuk," ucapnya dengan suara datar.

Pintu ruangannya terbuka dan masuklah seorang pria berwajah datar.

"Maaf pak Arroyyan, di luar ada Pak Arsenio dan pak Denis yang ingin bertemu dengan bapak." Ucap pria itu dengan suara datarnya.

Arroyyan Visakha Vilneria. Ya, pria itu adalah Arroyyan, atau yang akrab disapa Arro. Pria matang berumur 38 tahun yang menjadi incaran para wanita. Dia adalah pemilik ArviAfa Corp. Cabang perusahaannya tersebar dimana-mana. Beberapa hotel dan restoran pun dimilikinya dengan nama yang sama , ArviAfa Hotels dan ArviAfa restoran. Mata tajam dan terkesan dingin, rahang tegas, badan tegap dengan bahu bidang yang berotot membuatnya menjadi pebisnis yang paling diminati, terutama di kalangan kaum hawa. Tapi sayang, sampai sekarang masih belum ada diantara mereka yang bisa mencairkan hatinya yang membeku.

"Ya, suruh mereka masuk." jawab Arro dengan perasaan deg degan.

"Baik, Pak."

Tidak lama setelah sekretarisnya keluar, pintu ruangannya kembali terbuka memberi jalan masuk untuk sang tamu.

"Jadi?" tanya Arro dengan suara yang begitu pelan kepada Arsenio dan Denis. Saat ini mereka sedang duduk di sofa yang ada di salah satu sudut ruangan Arro.

Kedua sahabat Arro itu hanya diam memandang Arro, mereka tahu apa yang dirasakan Arro saat ini.

"Kami baru dapat kabar bahwa orang tuanya telah meninggal dalam kecelakaan mobil di New York, sedangkan abangnya mengalami koma." kata Denis perlahan. Dia tahu, kabar ini terlalu mengejutkan untuk sahabatnya. "Mereka sengaja merahasiakan ini dari media karena tidak ingin kejadian itu menjadi konsumsi publik." Lanjutnya setelah diam beberapa saat untuk melihat reaksi Arro.

Deg

Arro tersentak mendengar kenyataan itu. Matanya membulat sempurna. Tubuhnya langsung menegang. pantas saja selama ini tidak pernah ada kabar tentang mereka, fikirnya. Mendengar itu, Arro semakin penasaran dengan apa yang sebenarnya terjadi sehingga dia pergi tanpa kabar selama ini.

"Lalu bagaimana dengan dia?".

Arsenio dan Denis saling melirik mendengar pertanyaan Arro. Seharusnya mereka tidak perlu kaget lagi, tapi tetap saja mereka merasa tegang mendengar pertanyaan Arro tentang 'dia'.

"Kami tidak bisa menemukan di mana keberadaan dia saat ini. Informasi yang kami dapat dia langsung terbang ke New York saat mendapat kabar tentang kecelakaan itu. Dia sempat mengalami depresi berat setelah kejadian itu, sering melamun dan makannya tidak teratur. Kesehatannya menurun. Sampai, suatu hari dia ditemukan pingsan di sebuah taman dalam keadaan pendarahan. Akibatnya dia mengalami keguguran," Arsen menjeda ucapannya ketika melihat sahabatnya itu termangu dengan pandangan kosong. Arsen hanya bisa menghela nafas sambil melirik Denis ketika sahabatnya itu terlihat bingung dan ling lung.

Crumbs Of HeartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang