Ini part 17b nya ... kemari itu mau aku buat seperti ini, tapi takut egk nyambung gitu, makanya egk jadi....
Semoga aja ini nyambung yaaaaa..."Akh" Icha merintih sambil memegang perutnya. Icha sengaja menolak saat Dilla mengajaknya ke danau di belakang rumah istirahat, sebenarnya Icha sedang menghindar dari Dilla, karena perutnya kembali terasa sakit, dan di sinilah dia sekarang, di bawah pohon kopi yang cukup jauh dari Dilla berada, karena kebun kopi dan kebun jeruk terpisah. Kebun jeruk ini bukan milik Dilla, tetapi milik Satria, itu sebabnya kedua kebun ini di pisah.
"Aaaaww" Icha kembali merintih. Kecil kemungkinan ada yang mendengarnya, karena kebun kopi milik satria hanya buka ketika sore hari, dan ini masih jam menuju makan siang, jam dimana para pekerja istirahat sebelum makan siang. Icha terus berusaha untuk mencari bantuan.
"Maafkan saya, Pak, sudah merepotkan Bapak." Ucap seorang pria tampan kepada seorang pria paruh baya berpakaian ala mandor. "Seharusnya saya datang besok, tetapi karena besok saya ada urusan mendadak, terpaksa saya datang hari ini." Lanjut pria itu sambil tersenyum sopan kepada pria paruh baya yang sedang berjalan di sebelahnya.
"Ndak papa, Pak. Lagi pula saya juga kalau jam segini Ndak begitu repot, Pak. Karena dibuka untuk umumnya masih nanti sore dan para pekerja juga masih istirahat, Jadi saya bisa menemani bapak berkeliling sampai puas ini." Jawab pria paruh baya itu sambil terkekeh pelan.
Mereka kembali melanjutkan perjalanan sembari mengobrol ringan. Pria paruh baya itu menjelaskan tentang kopi-kopi yang ada di kebun dan sebagainya.
Drrrrtt...Drrrrtt...
Mereka berhenti saat mendengar suara getar ponsel, dan pria paruh baya itu tersenyum meminta maaf saat sadar ponselnyalah yang berdering. "Aduh, maaf ya, Pak Denis, saya angkat telepon dulu. Bapak lanjutkan saja kelilingnya, nanti biar saya suruh salah satu karyawan saya untuk menggantikan saya." Pria paruh baya itu meminta maaf kepada Denis karena tidak bisa menemaninya berkeliling. Tampak jelas rasa bersalah di wajah pria paruh baya itu.
"Jangan khawatir, Pak Tarjo. Bapak angkat saja teleponnya, mungkin itu penting. Saya biar lanjutkan berkelilingnya." Denis menepuk pundak pak Tarjo sambil tersenyum hangat saat melihat raut wajah pak Tarjo.
"Kalau begitu saya permisi dulu ya, Pak." Pak Tarjo segera melangkah pergi dan mengangkat panggilan di ponselnya setelah melihat Denis menganggukkan kepalanya.
Denis melanjutkan berkeliling kebun untuk melihat-lihat kopi. Dia berencana akan memasok kebutuhan kopi di kafenya dari kebun ini.
"To..Loong..." Denis menghentikan langkahnya ke5ika mendenga4 suara minta tolong. "Tolong." Denis segera mencari sumber suara yang semakin lirih itu. Rindangnya pohon kopi membuatnya sulit menemukan keberadaan orang tersebut.
Sreekk... Denis mempercepat langkahnya saat mendengar suara berisik daun dan melihat pohon kopi didepanya bergoyang, seperti ada yang sengaja menggoyangkan.
Dengan sisa tenaga yang ada, Icha terus bergumam meminta tolong dan menggoyangkan dahan pohon agar ada yang melihatnya. Kesadarannya semakin menipis saat telinganya menangkap suara langkah kaki yang terdengar tergesa-gesa.
"Vhe!!" Icha membuka matanya saat mendengar suara yang tidak asing ditelinganya. Senyumnya terkembang saat melihat wajah yang sudah sangat dirindukannya itu. "Denis," Icha memanggil Denis lirih saat pria itu mengangkat kepalanya ke pangkuan pria itu. "Tolong, Denis. Perutku sangat sakit." Ucap Icha dengan terbata-bata, rasa sakit diperutnya membuatnya susah untuk berbicara.
Denis segera mengangkat tubuh Icha dan membawanya ke rumah sakit. Jantung Denis terasa akan copot saat melihat keadaan Icha. Bibirnya pucat dan kering, wajah berserinya kini terlihat sayu, keadaannya tak lagi rapi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Crumbs Of Heart
Romance21+ MENGANDUNG KONTEN DEWASA. Sudah ada WARNING!!! Belum cukup umur masih tetap baca, tanggung masing-masing. Umur di bawah 21 tapi sudah nikah, monggo. Fadilla Shaqeena hanya wanita biasa. Dia pernah merasakan luka masa lalu yang sangat dalam. Itu...