Part 11

8.6K 499 7
                                    

Happy reading semua....



"Pagi, Za. Bagaimana keadaan kamu?" Tanya Arro saat melihat Azza sudah duduk dikursi biasa dia bekerja. Ada rasa lega dihati Arro saat melihat Azza pagi ini.

Dua hari ini dia merasa seperti orang gila karena kembali kehilangan jejak Dilla. Dia sudah menanyakan kerumah sakit, tetapi tidak ada wali pasien yang bernama Fadhilla Saqeena. Dan itu sukses membuat Arro uring-uringan, dan kehadiran Azza pagi ini membuat Arro merasa kembali tenang, walaupun tidak sepenuhnya.

"Pagi, Pak. Sudah lebih baik, Pak." jawab Azza sambil tersenyum ke arah Arro. Arro mengangguk mendengar jawaban Azza. Arro sempat terkejut melihat senyum Azza. Lagi-lagi itu senyum yang sama dengan senyum wanitanya.

"Syukurlah kalau begitu. Nanti 1 jam lagi tolong ingatkan lagi apa jadwal saya hari ini."

"Baik, Pak."

"Kamu sampai siang nanti kerja sendiri, karena Ryan sedang ada urusan."

"Baik, Pak."

Arro memasuki ruangannya dan mencoba untuk fokus pada berkas yang sedang di bacanya. Tetapi, pikirannya tidak dapat fokus, yang ada di pikirannya hanya tentang pertemuannya dengan Dilla 2 hari yang lalu.

tok,tok,tok, bunyi ketukan pena menggema di sunyinya ruangan luas itu. Arro terus mengetukkan penanya ke meja, sedangkan pikirannya sedang melayang jauh.

"Bunda? siapa mereka?" gumam Arro saat ingat jika kemarin pemuda itu memanggil Affa 'bunda'. "Kenapa mereka memanggil Affa dengan sebutan bunda? apa mungkin Affa sudah menikah dan mereka anak nya? tapi, sepertinya mereka sudah dewasa? atau mungkin itu hanya sepupunya? tetapi kenapa mereka bisa sedekat itu?" Pikiran Arro semakin berkecamuk memikirkan Dilla. Hati Arro terasa sakit saat memikirkan Dilla sudah menikah. Dia tidak rela Dilla menikah dengan orang lain.

****

"Kapan pulang?"

"Belum tahu."

"kok tumben lama?"

"Iya, soalnya aku ada urusan mendadak disini, jadinya aku belum bisa pulang ke Indonesia."

"Apakah disana ada masalah, Cha?"

"Tidak. Tidak ada masalah yang serius, hanya masalah pribadi sedikit, Mungkin." kata Icha tidak yakin. Dia tidak yakin masalah nya ini hanya sedikit.

"O iya, bagaimana keadaan Azza? kenapa kok bisa masuk rumah sakit?"  Dilla memang sempat memberi tahu keadaan Azza kepada Satria saat keadaan Azza sudah stabil.

"Tidak ada yang perlu di khawatirkan. Dia cuma kecapekan." jawab Dilla sambil tersenyum tanpa sadar. "Cepet pulang, ih. Banyak yang mau ku ceritakan sama kamu, Cha. Sepi juga tahu enggak ada kamu."

Icha terkekeh mendengar rengekkan sahabatnya itu. "Memang mau cerita apa sih? kok kayaknya penting banget?"

"Aku kemarin ketemu sama dia, Cha!" ucap Dilla sambil menerawang.

"He? Kok bisa? memangnya kamu ketemu dimana sama dia?"

"Di taman rumah sakit, kemarin".

"Terus-terus? dia ngomong apa saja sama kamu? O iya, dia jumpa sama anak-anak juga enggak, La?"

"Enggak ada ngomong apa-apa sih, cuma tiba-tiba dia peluk aku gitu." kata Dilla sebel saat ingat kemarin dia terlalu larut dalam pelukan Arro.

"Heleh, bilang saja kamu juga menikmati pelukan itu? iya kan?" todong Icha langsung membuat Icha tersedak ludahnya sendiri.

Crumbs Of HeartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang