Part 19

8.4K 450 5
                                    

Happy reading semuanya.....






Suasana meja makan terlihat sangat santai, mereka semua menikmati sarapan mereka dengan tenang, meski tanpa ada Dilla di antara mereka, karena saat ini wanita itu belum juga terjaga dari tidur nyenyaknya. Mereka semua fokus dengan makanan mereka tanpa ada yang m3mbuka suara, hanya ada suara dentingan sendok dan garpu yang beradu dengan piring. Sudah menjadi kebiasaan di keluarga Dilla, jika sedang meja makan dan acara makan sedang berlangsung, tidak ada yang boleh berbicara ataupun melakukan hal lain selain makan. Baik Arro, Ryan, dan David sudah mengetahui tentang ini, karena sebelumnya mereka sudah d beritahu terlebih dahulu oleh kepala pelayan. Dan mereka tidak bisa tidak takjub saat melihat betapa tenangnya naka-anak Dilla saat acara makan sedang berlangsung.

“Dek, kamu berangkat ke kantornya bareng mas Ryan, ya?” kata Atha datar setelah menandaskan tehnya, membuat Azza yang berada di sampingnya tersedak susu yang baru saja diminumnya. “untuk kali ini, abang tidak terima bantahan apa pun dari kamu, dek.” Kata Atha tegas saat melihat Azza akan mengeluarkan protesnya.

Semua mata langsung melihat kearah Azza yang memasang wajah frustrasinya saat mendengar nada tegas tak terbantahkan Atha, bahkan Ryan pun ikut melihat kearah Azza. Gadis itu melotot sambil menggerutu dengan mulut kumat kamit saat melihat sudut bibir Ryan terangkat, membentuk sebuah senyum miring  yang terkesan sangat mengejek dirinya.

“Bisa kan, mas, Azza berangkat bareng dengan mas?” tanya Atha kepada Ryan.

“Tentu saja bisa. Lagi pula kan, kami satu tempat kerja juga ini.” Jawab Ryan santai sambil tersenyum hangat.

Arro tersenyum simpul sambil menggelengkan kepalanya samar saat mendengar Azza menghela nafasnya. Arro merasa heran melihat kedua sekretarisnya itu, entah kenapa mereka tidak pernah akur sejak pertama kali mereka bertemu. David mengingat alisnya bingung, melihat interaksi Ryan dan Azza. Di satu sisi, dia melihat Azza sangat antipati kepada Ryan, disisi lain, Ryan terlihat sangat senang dengan Azza, meski tidak terlalu diperlihatkan, tetapi David tetap bisa melihatnya, karena David sudah mengenal Ryan cukup lama.

Azza beranjak dari duduknya, tidak lupa dia juga membawa tas selempang yang tergantung di sandaran kursi tempat dia duduk tadi. Gadis itu lalu mencium tangan Arro sebelum mencium tangan ke-4 abangnya. Dia berjalan keluar rumah untuk berangkat ke kantor, dia tidak mengucapkan sepatah kata pun untuk berpamitan. Wajahnya terlihat ditekuk dan bibirnya yang manyun mengundang senyum samar Ryan yang sedari tadi memperhatikannya diam-diam.

Semua mengikuti langkah Azza menuju keluar rumah, kecuali Arro yang sedang membaca koran sambil menikmati secangkir teh hangat. Dia memang sengaja tidak pergi ke kantor karena kondisi Dilla yang masih belum pulih sepenuhnya, sedangkan untuk urusan kantor, dia sudah menyerahkan semuanya kepada Ryan dan David.

“Kami titip Azza ya, Mas?” kata Atha pelan kepada Ryan. “Dia sebenarnya anak yang baik dan ceria, tetapi karena beberapa hal, dia menjadi sangat antipati jika berhubungan dengan orang baru. Kami minta maaf jika mungkin ada kata atau perbuatan yang tanpa disadari Azza sudah menyakiti hati Mas.” Lanjut Atha kembali sembari melihat kearah Azza yang sedang bersandar di mobil Ryan dengan wajah cemberut.

“Kamu tenang saja, Tha. Dia memang selalu begitu jika bersamaku, dan aku sudah kebal dengan itu semua.” Jawab  Ryan sambil terkekeh pelan. “tapi kalian jangan khawatir, aku berjanji akan menjaganya dengan tulus. Sifat cuek, datar, dingin, dan galak tapi polosnya membuatku gemas kepada dirinya.” Ryan kembali terkekeh saat melihat Atha dan ketiga saudaranya menatapnya tajam. Pria itu menepuk pelan bahu Atha, seakan mengatakan ‘aku hanya bercanda’, sebelum akhirnya dia melangkahkan kakinya berlari menuju tempat Azza berdiri sekarang, karena saat ini gadis itu sudah melai mengentakkan kakinya marah.

Crumbs Of HeartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang