Part 3

11.7K 564 18
                                    

Fadhilla bernafas lega. Setelah berjam-jam di pesawat, akhirnya dia bisa menginjak tanah lagi. Wanita 35 tahun itu menghela nafas panjang ketika menginjakkan kakinya di bandara Abdul Rachman Saleh, Malang. Fadhilla mengedarkan pandangannya, lalu lalang manusia menjadi pemandangannya. Fadhilla menarik nafasnya panjang sambil memejamkan matanya. Kota ini, kota kelahirannya, kota yang menyimpan sejuta kenangan indah bersama keluarganya. Di kota inilah dia dilahirkan dan di besarkan oleh keluarganya dengan limpahan kasih sayang.

Dilangkahkan kakinya menuju keluar bandara. Mata tak berhenti memandang sana sini, mengamati sekitar. Bahkan dia tidak menyadari jika sedari tadi seseorang terus memanggilnya. Sudah banyak yang berubah ternyata. Batinnya.

Anak-anaknya hanya bisa geleng kepala melihat tingkah bunda mereka. Bahkan, Icha tersenyum geli melihat binar rindu dimata sahabatnya itu.

Setelah sampai di depan orang yang menjemput mereka, mereka segera mencium tangannya. "Halo, Pa, mah. Kalian apa kabar?" tanya si sulung, Azza, sambil memeluk papa dan mamanya.

"Alhamdulillah baik. Kalian sendiri bagaimana kabarnya? dan ada apa dengan bunda kalian?, tadi Papa sudah panggil, tapi, dia tidak merespons." kata orang yang dipanggil 'Papa' itu.

"Mungkin dia terlalu rindu bang dengan kota ini". kali ini yang menjawab adalah Icha.

"Bunda mah begitu. Dari dulu diajak pulang ke Indonesia enggak pernah mau. Tapi, giliran sudah sampai sini, lupa deh sama semuanya." Cibir Aidar.

Hahaha.... Mereka semua tertawa mendengar ucapan Aidar. Selama ini, Fadhila memang tidak pernah mau jika diajak pulang ke Indonesia. Alasannya pun selalu sama, Fadhilla masih belum siap untuk mendatangi kota ini lagi, walaupun bertahun-tahun sudah berlalu.

"Selamat datang di Indonesia abang dan kakak." Sapa seorang gadis kecil berumur 5 tahun. Satu persatu gadis itu mencium tangan mereka, mereka tersenyum hangat melihat gadis kecil itu. "Dan selamat datang juga BunCha." Sapanya kepada Icha sambil meminta gendong.

"Jangan sayang, BunCha kan masih lelah sayang karena baru sampai." larang ibunya. Gadis kecil itu mengerucutkan bibirnya ketika mendapat larangan dari sang ibu. Icha hanya bisa tersenyum melihat respons sang gadis.

"Kemari manis, biar abang ganteng ini saja yang menggendongmu." kata Askha sambil menyodorkan kopernya kepada saudaranya yang lain. Lalu Askha menghampiri sang gadis yang langsung disambut dengan gembira. Askha langsung menciumi muka gadis kecil itu ketika sudah berada di gendongannya.

"Lihatlah bunda kita yang terlalu percaya diri itu. jelas-jelas bunda Tidak tahu siapa yang menjemput. Tapi, dengan santainya bunda ninggalin kita. Sekarang, bingung sendirikan nyariin siapa yang jemput!" Kata Atha sambil geleng-geleng melihat bundanya yang kebingungan di depan Bandara. Sedangkan yang lain hanya tertawa saja.

Fadhilla masih terus melangkah kan kakinya, sampai dia tidak sadar ketika kini dirinya sudah sampai di luar Bandara. Matanya mengerjap bingung ketika menyadari sesuatu. Fadhilla tidak tahu siapa yang akan menjemputnya. Fadhilla melihat ke sana kemari mencari orang yang menjemputnya, tetapi dia tidak menemukan siapa pun.

"Makanya bunda, jangan asal menyelonong saja kalau tidak tahu."

Fadhilla menolehkan kepalanya kearah suara itu. Dia melihat anak sulung dan ke-4 saudaranya sedang berjalan melewatinya sambil tersenyum geli dan membawa beberapa koper, salah satu diantara-nya menggendong seorang gadis cilik yang sempat menyapa dirinya dengan panggilan "Nda". Di belakang anak-anaknya, ada Icha dan 2 orang lainnya, lelaki dan perempuan, yang tidak lain adalah abang dan kakak iparnya sendiri. Ketiga orang tersebut hanya tertawa melihat wajah Cengho Fadhilla ketika dilewati oleh anak-anaknya.

Crumbs Of HeartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang