Bukan lanjutan part kemarin, ini part detik-detik kelahiran Quintuplet dan awal-awal hubungan Satria dan Grisella. Saat ini idenya lagi ini. Nanti ada spesial part juga untuk masing-masing anak Dilla.
Semoga suka yaaa... papa ganteng Arro disimpen dulu ya...
Happy reding semuanya...New York, 20 tahun yang lalu.
Terlihat seorang wanita tengah berjalan-jalan di halaman rumahnya di antara dedaunan yang jatuh berguguran. Musim gugur, seperti yang sedang berlangsung saat ini, bermula dengan cuaca hangat sebagai kelanjutan dari musim Panas. Namun secara perlahan-lahan temperatur udara pun semakin menurun, bersamaan dengan rontoknya dedaunan. Banyak yang bilang ini musim terindah, mengingat eksotisnya warna dedaunan yang menguning, ditingkah coklatnya ranting pohon dan birunya langit.
Musim gugur juga menjadi ajang berlangsungnya berbagai pertandingan olahraga profesional. Musim pertandingan bola basket NBA misalnya, bermula saat musim gugur dan terus berlanjut sampai musim semi.
Karena rendahnya temperatur, selama musim dingin orang-orang pun mengurangi kegiatan di luar ruangan. Untuk orang-orang yang datang dari belahan dunia tropis, menyesuaikan diri saat musim dingin merupakan tantangan tersendiri.
Tapi itu tidak berlaku untuk Dilla, wanita yang sedang berjalan-jalan di halaman rumahnya itu. Sesekali Dilla menengadahkan tangannya untuk menangkap daun-daun yang bertebaran. Tangannya mengelus sayang perutnya yang sudah membuncit, senyum bahagia tak pernah lepas dari bibirnya. Dia ingin menikmati musim gugur kali ini dengan perut buncitnya itu, karena dia yakin, tahun depan dia akan menikmati musim gugur ini bersama dengan buah hatinya.
"Kamu yakin akan tetap melahirkan normal?" Tanya seorang wanita sembari memberikan segelas susu kearah Dilla.
"Hu’um" jawab Dilla dengan anggukkan mantap sambil meminum susu itu hingga tandas. "aku berjanji tidak akan ada apa-apa denganku, Cha." Dilla berusaha menenangkan sahabatnya itu saat melihat wajah khawatir yang begitu kentara.
"Tapi, kata dokter itu akan sangat berisiko." Sanggah Icha gusar.
"aku tahu. tapi aku ingin bisa melahirkan normal, Cha. aku ingin merasakan bagaimana sakitnya melahirkan secara normal." Dilla tersenyum saat melihat Icha menghela nafas pasrah. Icha memang selalu mengerti dirinya.
"bagaimana keadaan bang satria?"
"semakin membaik. apalagi mbak Grisella tidak pernah absen merawat mas satria. ya, walaupun abangmu yang satu itu selalu galak dan sok kuat." Icha dan Dilla tertawa kecil saat mengingat bagaimana galaknya satria saat dia harus terapi dengan seorang suster wanita yang masih sangat muda. Satria menganggap kalau suster itu belum berpengalaman.
"Ah ya, kamu masih belum mau memberitahu dia tentang keadaanmu saat ini?" Tanya Icha pelan, membuat Dilla mematung beberapa saat. Tubuh wanita itu selalu bereaksi berlebihan jika sudah menyangkut ayah dari janinnya. Bahkan, anaknya pun akan semakin aktif di dalam perutnya, membuat Dilla meringis saat merasakan tendangan mereka.
"jangan membahas dia, mereka seperti pedemo di dalam perutku saat orang di sekitarnya membahas tentang ayahnya.” Gerutu Dilla sambil mengusap perutnya agar anak-anaknya bisa tenang.
"Ck, aku heran sendiri dengan mereka ini. padahal mereka berada di dalam perutku, tapi mereka seakan bersekongkol dengan orang yang berada diluar, seakan mereka setuju dengan topik pembicaraan tentang ayahnya." Dilla masih terus menggerutu saat merasakan anak-anaknya sama sekali tidak bisa diajak bekerja sama, membuatnya semakin meringis saja.
"Baiklah, bunda mengalah sekarang." kata Dilla sambil tersenyum dan mendongak kearah Icha yang sedang merekamnya dengan handycam, kegiatan yang selalu Icha lakukan untuk merekam semua kegiatannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Crumbs Of Heart
Romance21+ MENGANDUNG KONTEN DEWASA. Sudah ada WARNING!!! Belum cukup umur masih tetap baca, tanggung masing-masing. Umur di bawah 21 tapi sudah nikah, monggo. Fadilla Shaqeena hanya wanita biasa. Dia pernah merasakan luka masa lalu yang sangat dalam. Itu...