Selamat berbuka puasa semuanya. Aku Up nya kelamaan ya? Maklumin ya, soalnya aku egk tahan lama-lama ngetik, mata ku dh eror ini... Jadi kalau ngetik cuma bisa bentar-bentar aja, belum lgi kalau lagi ngadat idenya, duh makin lama. Hehe
Happy reading ya semoga suka.
FYI: sengaja aq up ulang, karena ad tambahan di bagian akhir... Rencana mau msuk part baru, tapi rasanya janggalnya, mka ny aku masukkan ke part yg ini... Hehe
Matahari mulai terbenam, tetapi hujan tak kunjung reda, bahkan lebatnya semakin menjadi. Sudah berjam-jam Arro berkeliling mencari Dilla, tapi sampai matahari berganti bulan dia belum juga menemukan wanitanya itu.
“Kamu ke mana sayang, jangan membuatku kuatir seperti ini.” Gumam Arro serak, tak terasa air matanya mengalir di atas pipinya. Arro menumpukan kepala di atas setir saat mobilnya sudah terparkir rapi di tempat parkir rumah istirahat keluarga Dilla. Pria itu bahkan tidak sadar jika dia mengarahkan mobilnya ke arah pulang. Arro keluar dari mobil dengan lesu. Penampilannya tidak lagi rapi. Dia merasa bersyukur saat tidak melihat mobil anak-anak dan asistennya di tempat parkir, itu berarti mereka belum pulang.
Arro membuka pintu rumah yang memang tidak di kunci, karena keamanan di tempat ini sangat ketat. Keadaan rumah sangat sepi, hanya ada beberapa pelayan yang lalu lalang.
“Mbok, apa anak-anak belum pada pulang?” tanya Arro pada kepala pelayan yang memberinya handuk saat melihat pakaiannya basah.
“Belum, tuan. Hanya nyonya yang sudah pulang.” Jawab wanita tua itu sopan.
“Affa.. maksud saya Dilla sudah pulang?” Tanya Arro memastikan. Dia takut jika dia hanya salah dengar.
“Iya, tuan. Nyonya sudah pulang sejak 1 jam yang lalu. Tapi keadaannya sangat berantakan tuan.”
“Berantakan bagaimana, mbok?”
“Nyonya pulang dengan keadaan basah kuyup tuan, sepertinya nyonya berjalan kaki ketika pulang. Tadi juga saya sempat mengompres kaki nyonya yang memar karena tidak memakai alas kaki tuan.” Jelas mbok Ni, kepala pelayan.
Arro langsung berlari ke kamar Dilla setelah mendengar penjelasan mbok Ni.
Braakk, Arro langsung membuka pintu kamar Dilla tanpa mengetuknya hingga menimbulkan suara berdebum keras, membuat sang empu kamar yang sedang berbaring di atas kasur terkejut.
“Ckck, apa kamu tidak bisa membuka pintu dengan pelan?” tanya Dilla datar setelah dapat menetralkan detak jantungnya. Dilla kembali menekuni majalah yang ada di tangannya tanpa memedulikan, atau lebih tepatnya mencoba untuk tidak peduli kepada Arro yang masih mematung di ambang pintu kamarnya. Dilla menggenggam erat majalah yang dipegang saat melihat penampilan Arro yang berantakan. Tangannya terasa gatal ingin membelai wajah Arro untuk menghilangkan lelah pria itu, namun bayangan tadi siang membuatnya mengurungkan niatnya tersebut.
Tanpa menjawab pertanyaan Dilla, Arro langsung berlari ke arah Dilla dan membawa tubuh lemah wanita itu ke dalam pelukannya. Arro mendekap erat tubuh Dilla, menyalurkan semua rasa kuatir yang ada dalam dirinya, seakan memberitahu wanita itu betapa takutnya dia kehilangan wanita itu. Arro melepaskan pelukannya, membuat Dilla merasa kehilangan. Arro berlutut di samping ranjang Dilla, dia menangkup wajah Dilla dan memberi sebuah ciuman hangat di kening Dilla.
“Maaf,” gumam Arro pelan tepat di depan wajah Dilla.
“Maaf?” ulang Dilla, “memangnya kamu salah apa sampai kamu harus minta maaf. Lanjut Dilla Acuh.
“Aku minta maaf untuk semuanya. Dan apa yang kamu lihat tadi tidak seperti apa yang kamu pikirkan.” Jawab Arro pelan dengan mata memandang lurus ke dalam mata Dilla, mencoba untuk menyelami perasaan wanita itu. Tapi ternyata dia tidak menemukan perasaan apa pun, hanya ada pandangan datar yang dia dapatkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Crumbs Of Heart
Romance21+ MENGANDUNG KONTEN DEWASA. Sudah ada WARNING!!! Belum cukup umur masih tetap baca, tanggung masing-masing. Umur di bawah 21 tapi sudah nikah, monggo. Fadilla Shaqeena hanya wanita biasa. Dia pernah merasakan luka masa lalu yang sangat dalam. Itu...