Part 21

7.1K 467 81
                                    

Maaf ya aku baru bisa up lg,karna baru punya hp lg... Hp yg kmren inalillahi huhu.

Makasi ya yang udh setia nungguin lanjutan cerita absurdku ini. Dan makasih juga yang udh tekan bintang dan koment untuk ceritaku.

Tanpa kalian ceritaku bukanlah apa-apa.

Moga suka ya sama part ini, happy reading...

“Aku sedang tidak ingin ke mana-mana .” jawab Dilla datar sambil menggoreng peyek kacang hijau kesukaan anak-anaknya, tanpa memedulikan Arro yang sedari tadi menempelinya seperti lintah dan merengek agar dia mau keluar bersama pria itu.

“Ayolah, apa kamu tidak bosan berada di rumah terus?” tanya Arro sambil mengambil 1 buah peyek yang baru saja Dilla angkat, “Aww,” Arro menjerit kecil saat merasakan tangan sakit karena peyek yang masih panas.

“Aku tidak merasa bosan jika harus terus di rumah.” Jawab Dilla acuh dengan sedikit tersenyum samar saat melihat Arro kepanasan.

Arro cemberut melihat Dilla masih saja berkuta dengan adonan peyeknya, padahal tadi Aero sudah meminta tolong pembantu Dilla untuk menggantikan wanita itu, tetapi dengan ringannya Dilla menolak.

“Tidak usah cemberut. Apa kamu tidak malu dengan umurmu sekarang, Arvi? Dan jika kamu tahu, dengan kamu cemberut seperti itu membuat kamu semakin terlihat tua.” Ejek Dilla saat Arro tak juga menyudahi acara mengambeknya.

“Terus saja kamu ejek aku, aku ikhlas asal kamu bahagia.” Kata Arro ketus sambil terus memasukkan peyek ke dalam mulutnya. Dilla hanya menggelengkan kepalanya dengan tersenyum lembut mendengar jawaban Arro.
****

Ryan tampak serius melihat setiap berkas yang di bacanya, sesekali pandangannya pindah ke layar laptop yang menyala di hadapannya. Tak jarang dahinya mengerut saat sedang mencerna semua pekerjaannya. Tidak berbeda jauh dengan Ryan, Azza pun sama seriusnya dengan Ryan.

“Kenapa data dari mereka tidak sama dengan yang aku buat.” Gumam Azza pelan. Salah satu tangannya mengurut pelipisnya dan yang satu lagi terus berkutat dengan tombol keyboard laptop dan berkas-berkas yang ada di hadapannya. Azza langsung beranjak dari duduknya saat tak juga menemukan apa yang salah dari berkas-berkas tersebut, dia langsung menuju meja Ryan tanpa memperbaiki penampilannya. Karena terlalu serius bekerja, Azza sampai tidak sadar jika dua kancing kemejanya terbuka, sehingga memperlihatkan bra berenda warna hitam dibalik kemeja hitam yang dikenakannya.

Tok Tok Tok

“Masuk”

Azza langsung membuka pintu setelah mendengar suara Ryan dari dalam. Dengan sedikit kesusahan dia membuka pintu ruangan Ryan, karena dia harus membawa laptop serta berkas-berkasnya untuk dibahas dengan Ryan.

“Huh” Azza menghela nafas lega saat dirinya dapat membuka pintu ruangan Arro yang saat ini sedang beralih kepada Ryan.

Ryan langsung mengangkat pandangannya dari layat laptop saat mendengar suara helaan napas Azza. Dan saat itu juga Ryan menyesali keputusannya untuk mengangkat kepalanya. Di hadapannya, Azza berdiri dengan penampilan yang sangat ‘menganggungnya’. Rambut panjangnya yang biasanya tertata rapi kini terlihat sedikit berantakan, dua kancing kemejanya pun sudah terbuka, memperlihatkan lipatan seksi di antara dua belah dada kenyalnya. Belum lagi caranya membawa laptop yang ditaruh di lengannya dan di tumpukan pada bagian bawah dadanya, membuat dua benda kenyal itu semakin terlihat menantang. Rok spannya juga terlihat sedikit menggulung di pinggulnya, mungkin akibat Azza terlalu banyak bergerak, dan itu sukses membuat rok span itu terlihat lebih pendek, memperlihatkan paha mulus gadis itu.

“PAK!” Ryan tersentak saat mendengar suara teriakan Azza, “bapak kenapa sih? dari tadi saya panggil-panggil diam saja.” Ryan menghela nafas pelan karena ternyata gadis itu sudah memanggilnya sedari tadi. Dia merutuki betapa kurang ajarnya mata dan gadis yang ada di hadapannya itu, sehingga dirinya kehilangan fokus. ternyata gadis itu sudah memanggilnya sedari tadi.

Crumbs Of HeartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang