Ini part 17 yang baru, maaf kan diriku yang masih plin plan ini. Sebenernya kemarin part 17nya mau aku bikin dua part begini juga, tapi karena takut kepanjangan dan egk nyambung, alhasil aku jadikanlah part 17 yg versi kemarin itu, tapi ternyata Setelah aku baca ulang ternyata egk nyambung, ceritanya terlalu lompat, jadinya aku putusin buat revisi, itu pun dengan pertimbangan yang sangat panjang, takut egk nyambung juga. Tapj kata temen aku lebih nyambunv yang sekarang daripada yang kdmarin. Dan akhirnya, jadilah part 17 yang sekarang ini.
Semoga part yang ibi tidak mengecewakan ya, dan semoga part ini nyambung juga.
Makasih juga buat yang udh komen dan ngasih tw aku kalo ceritanya egk nyambung dengan yang part sebelumnya.
Untuk selanjutnya, aku harap kalian juga bisa ngasih masukan kalo sekiranya cerita aku ini kurang nyambung atau yang lainnya.Happy reading semuanya...
Sepanjang perjalanan, pikiran Arro melayang pada kejadian beberapa saat lalu, saat anak-anak Dilla mencium punggung tangannya saat mereka bersalaman. Segala kemungkinan bermunculan dikepalanya.
Mungkin kah mereka anakku? Pikir Arro bertanya-tanya.
Tetapi, jika mereka anakku pasti mereka akan memanggilku ayah ‘kan? Lagi pula Waktu itu Denis mengatakan jika Dilla mengalami keguguran, jadi tidak mungkin mereka anakku. Anak adopsi? Ya mungkin saja mereka anak yang di adopsi Dilla. Arro merasa senang dan juga sedih memikirkan kemungkinan itu, dia senang karena berarti Dilla belum menikah dan mempunyai anak, tetapi dia juga sedih memikirkan mereka bukan anaknya dan Dilla. “Andai saja mereka anak kita, sayang,” gumam Arro sedih.
Arro memandang keluar jendela, sikunya bertumpu pada pintu mobil dengan tangan memijat pangkal hidungnya untuk mengurangi rasa pusing dikepalanya. Matanya terpejam meresapi rasa pijatan tangannya sendiri. Tanpa diminta kejadian dulu kembali teringat.
"Selamat pak, sepertinya istri Anda sedang hamil. Karena jika dilihat dari gejala yang Anda jelaskan, sepertinya nada sedang mengalami morning secknes."
""Selamat tuan, sepertinya di suatu tempat anak Anda akan segera lahir."
"Jika saya boleh menebak, sepertinya anak Anda kembar, kembar lima tepatnya. Karena tadi tanpa sengaja menghitung reaksi hebat yang Anda alami."
Arro membuka matanya saat tiba-tiba ucapan dokter tersebut terngiang ditelinganya. Dia ingat, saat itu dia mengalami mual hebat dan cenderung menginginkan sesuatu. Bahkan, keadaan itu berlangsung selama sembilan bulan, dia juga harus menunda kuliahnya. Setelah itu, dia juga harus mengalami yang lebih aneh. Hari itu, saat hari ulang tahunnya, dia merasa perutnya sangat melilit dan mulas.
Mengingat itu, Arro kembali teringat ucapan Atha yang mengatakan jika mereka semua kembar 5. Semakin Arro mengaitkan yang terjadi, semakin besar pula keyakinannya jika mereka adalah anaknya, anak yang tidak pernah diketahuinya selama ini. Jika benar mereka anaknya, kenapa selama ini menyembunyikan mereka darinya? Tangan Arro terkepal kuat, hatinya dilingkupi perasaan marah, dia merasa marah kepada Dilla saat sadar Dilla sudah memisahkan dirinya dari anak-anaknya sangat lama. Dia merasa Dilla sudah sangat keterlaluan dengan memisahkannya dari anak-anaknya. Tangannya semakin terkepal erat, buku-buku tangannya memutih. Rahangnya terkatup rapat saat sadar sudah berapa banyak pertumbuhan anaknya yang terlewat, waktu yang terbuang dan moment indah yang tak dilalui olehnya.
"Maaf, Tuan, kita sudah sampai." Suara David menyadarkan Arro dari lamunannya. Dia merasa beruntung karena tadi tidak menolak saat David menawarkan diri untuk mengantarnya.
David adalah orang kepercayaan Arro selain Ryan. Pria itu dulunya adalah pengawalnya, dia sengaja meminta pengawal yang seusia dengannya agar dia merasa tidak terlalu terkekang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Crumbs Of Heart
Romance21+ MENGANDUNG KONTEN DEWASA. Sudah ada WARNING!!! Belum cukup umur masih tetap baca, tanggung masing-masing. Umur di bawah 21 tapi sudah nikah, monggo. Fadilla Shaqeena hanya wanita biasa. Dia pernah merasakan luka masa lalu yang sangat dalam. Itu...