Maafkan saya karna idenya cuma segini ...
Pikirannya lagi blank, egk ad ide...
Happy reading semuanya..."Kok tumben bunda belum pulang?" tanya Affa kepada saudaranya yang lain.
"Iya, tumben banget ya bunda belum pulang. BunCha tahu enggak bunda ke mana?" tanya Aidar kepada Icha yang sedang memegang tabletnya. Saat ini mereka sedang berkumpul di halaman belakang rumah. Sudah jam 7 malam, dan Dilla belum pulang, ini bukan kebiasaan Dilla, pikir Icha.
"BunCha juga nggak tahu, bunda nggak ada nelpon BunCha sejak tadi siang." jawab Icha sambil menatap Atha, Azza, Affa dan Aidar.
"Memangnya bunda nggak ada nelpon salah 1 dari kalian?" Icha balik bertanya dan mendapat gelengan kepala serempak dari empat orang di hadapannya itu.
"Assalamualaikum," Askha langsung mencium tangan Icha, ketiga abangnya, dan Azza yang mencium tangannya. "Dek, tadi kamu Meetting di restoran, ya?" Askha bertanya kepada Azza setelah duduk dan meminum air putih yang diberi oleh Azza.
"Hu'um, tadi Adek Meetting disana sama ayah, memang kenapa bang?"
"Tadi aku mampir ke sana, pas sampek sana aku dengar mereka lagi pada ngomongin bunda, katanya bunda keluar di gendong laki-laki ganteng. Aku tanya deh sama pak Rahmat, kata pak Rahmat bunda di gendong sama ayah karna kaki bunda terkilir gara-gara jatuh dikamar mandi." Kata Askha panjang lebar, sedangkan keempat saudaranya hanya membulatkan bibir mereka sambil mengangguk.
Mendengar cerita Askha, Azza jadi teringat saat Arro menyuruhnya pulang duluan karena ada urusan, apa mungkin itu karna bunda? Azza jadi sebel saat dirinya harus pulang dengan Ryan.
Bukannya mengantar pulang, Ryan justru membawanya ke Mall untuk membatunya membeli baju. Tidak hanya itu, Ryan juga menyuruhnya untuk berbelanja isi dapur serta memasakkan pria itu. Azza harus rela pulang telat, padahal seharusnya dia sudah pulang dari siang.
"Semoga ini awal yang baik ya untuk ayah dan bunda kalian." Azza tersentak saat mendengar harapan Icha yang di aminkan oleh Quints. "Ya sudah, ayo kita masuk dan makan malam. Kalian tidak perlu khawatir, karna bunda kalian bersama ayah kalian."
"Ayok bun, Adek juga sudah lapar banget ini. BunCha tadi masak apa bun?"
"BunCha tadi tidak sempat masak, sayang. BunCha tadi delivery ayam betutu, rendang dan ikan bakar dari restoran." Azza memanyunkan bibirnya mendengar jawaban Icha. Padahal, dia sudah sangat rindu dengan masakan Icha yang beberapa hari yang lalu pergi ke New York untuk mengurus butik.
Atha mengapit kepala Azza kearah ketiaknya membuat Azza marah. "Jangan manyun, BunCha capek baru datang tadi siang." Kata Atha yang sudah berubah merangkul bahu sang adik sambil berjalan beriringan menuju ke dalam rumah.
"Betul itu, Besok pasti BunCha memasakkan kita lagi". timpal Affa sambil ikut merangkul bahu sang adik di ikuti dengan askha dan Aidar. Icha tersenyum, hatinya menghangat melihat itu semua. Dia berharap mereka akan selalu bahagia dan bisa merasakan kehangatan keluarga yang seutuhnya.
"Sudah, ayo kita masuk, nanti keburu dingin makanannya." kata Icha sambil melangkah mendahului Quints. Mereka tetap makan malam dengan damai walaupun tidak ada sang bunda diantara mereka.
****
Arro dan Dilla melewati makan malam mereka dalam diam. Dilla diam dan fokus pada makanannya, sedangkan Arro diam dengan fokusnya terbagi antara makan dan Dilla. Arro merasa makan malam kali ini lebih bernyawa dengan adanya Dilla, walaupun mereka hanya saling diam.
"Setelah ini aku akan langsung pulang." Dilla membuka suaranya duluan setelah menyelesaikan makan malamnya.
Arro memandang Dilla beberapa saat, "Aku akan mengantarkan kamu pulang." jawab Arro setelah menelan suapan terakhirnya. Rasanya dia tidak ingin berhenti makan, karena rasa masakan Dilla sangat pas dilidahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Crumbs Of Heart
Romance21+ MENGANDUNG KONTEN DEWASA. Sudah ada WARNING!!! Belum cukup umur masih tetap baca, tanggung masing-masing. Umur di bawah 21 tapi sudah nikah, monggo. Fadilla Shaqeena hanya wanita biasa. Dia pernah merasakan luka masa lalu yang sangat dalam. Itu...