Bagian terakhir part 17... maaf baru update lagi ...
Semoga suka ya, klau egk nyambung dan ada bagian yang egk tepat, mnta koreksinya, makasih...
Happy reading semuanya...“Ayah?” Gumam Arro dan Ryan bersamaan, membuat Dilla dan Azza mematung di tempat.
“Apa maksudnya dengan ‘ayah’?” tanya Arro pelan kepada Azza dan Dilla dengan suara pelan, mukanya terlihat antara bingung dan sedih.
“Tidak. Tidak ada.” Jawab Dilla gugup, membuat Arro semakin bingung.
“Dia tadi hanya terbawa emosi saja.” Lanjut Dilla sambil memeluk erat Azza untuk mengalihkan rasa gemetar ditubuhnya. “Sebaiknya kami permisi dulu. Azza harus istirahat agar kembali tenang.” Dilla melangkah pergi dari ruang tamu dengan membawa Azza yang masih berada di pelukannya untuk menghindari pertanyaan dari Arro yang mungkin akan memojokkannya.
“Maaf in Adek, bunda.” Azza langsung meminta maaf saat mereka sampai dikamar.
Dilla mendudukkan Azza di pinggiran ranjang, wanita itu lalu berlutut Azza. Dia memegang erat kedua pipi putri dengan mata berkaca-kaca. Dilla menghembuskan nafasnya pelan sambil menutup matanya, “tidak apa-apa, sayang. Seharusnya bunda yang minta maaf karena sudah membuat kalian jadi seperti ini.” Dilla menggigit bibir bawahnya untuk menahan esakkannya.
Air mata Azza mengalir saat melihat keadaan sang bunda, terlihat jelas jika beban yang ditanggungnya sanggatlah berat.
“Bagaimana pun ceritanya dan apa pun keadaannya, dia memanglah ayah kalian” lanjut Dilla dengan terisak. Hancur sudah pertahanannya, tangis yang sedari tadi ditahannya akhirnya pecah juga. Dilla akan selalu lemah jika sudah berurusan dengan anak-anaknya dan Arro.
Azza ikut bersimpuh dilantai dan memeluk tubuh Dilla. Mereka menangis tersedu-sedu meratapi nasib mereka selama ini. Dilla merasa sangat sedih ketika mengingat kelima anaknya selama ini harus menggunakan identitas palsu.
“Bunda jangan menangis lagi ya. Setelah ini kita akan hidup bahagia selayaknya keluarga yang lain, bunda. Adek janji bunda.” Azza menghapus air matanya dan air mata Dilla. Dengan tersenyum hangat, Azza membawa tubuh Dilla untuk bangun dan duduk di pinggir ranjang.
Azza menggenggam tangan Dilla erat, “Adek percaya, penantian kita selama ini akan segera berakhir dengan bahagia bunda. Percaya sama Adek.” Dilla mengangguk dengan senyum lemah dan air mata yang masih mengalir mendengar ucapan Azza.
“Sebaiknya kamu istirahat sekarang, bunda tidak ingin kamu sakit.” Dilla membantu Azza untuk berbaring dan memasang selimut ke tubuh anak gadisnya itu. “kamu tidur, bunda akan ke kamar untuk ganti baju.” Azza mengangguk dan menutup matanya. Karena kelelahan dan emosinya terkuras banyak, tidak sampai 5 menit Azza sudah terlelap dalam tidurnya. Dilla beranjak dari duduknya dan melangkah menuju kamarnya ketika melihat Azza sudah tertidur tenang.
Sesampainya dikamar, Dilla langsung masuk ke kamar mandi untuk membasuh kembali tubuhnya yang sudah lengket karena keringat. Selesai membersihkan diri, Dilla segera memakai kaos oblong lusuh kebesarannya tanpa Bra dan sebuah celana kain pendek sebatas paha, busana wajibnya ketika tidur, beruntung Arro tidak ada dikamarnya, sehingga dia tidak perlu merasakan sport jantung lagi. Dilla menutup matanya ketika tubuhnya merasakan lembutnya kasur dan selimut di tubuhnya. Dilla sudah terlelap dalam tidurnya tanpa sadar dia sudah melupakan sesuatu. Ya, dia lupa mengunci pintu kamarnya, padahal selama ini dia selalu menutup pintu kamarnya jika sedang berada di dalam kamar.
Arro duduk termenung di balkon, sudah hampir setengah jam dirinya berada di tempat itu, sebuah spasi antar kamar yang berukuran kurang lebih 4mx4m, seperti sengaja dibuat untuk menikmati pemandangan yang terhampar di depannya, hamparan pohon buah terlihat indah dari tempatnya berada saat ini, apa lagi jika sunset sudah mulai datang, buah-buah itu akan tampak semakin indah. Tetapi itu tidak membuat Arro merasa senang, saat ini pikirannya terasa kosong. Semua yang terjadi akhir-akhir ini dan berhubungan dengan Dilla benar-benar membuatnya bingung. Dia seperti diberi harapan lalu dihempaskan kembali. Dia berharap Atha dan ke-4 saudaranya adalah anaknya, tetapi apa yang ucapkan oleh suruhannya tadi benar-benar menghancurkannya,
KAMU SEDANG MEMBACA
Crumbs Of Heart
Romance21+ MENGANDUNG KONTEN DEWASA. Sudah ada WARNING!!! Belum cukup umur masih tetap baca, tanggung masing-masing. Umur di bawah 21 tapi sudah nikah, monggo. Fadilla Shaqeena hanya wanita biasa. Dia pernah merasakan luka masa lalu yang sangat dalam. Itu...