Haiii hola, ayem kambek coy 😂😂, adakah yang rindu saya???
Pasti egk ada ini hehhee...
Aq mw minta maaf karna kelamaan libur,(gk nyangka hampir setahun gua ngilang)
Jadi aq bawa cuplika part 26, klo nnti mlem dh siap ketik, bakal langsung aq up... Tpi klo egk, bsok aq up nya... Maklum ya, aq msih setia ngetik d hp ini....Kelamaan kagak nulis bikin aq ngeblang kayak hp kecemplung air, mati total otak q, kagak ide yg muncul sama cerita yg udh kebuat 😂😂 jdi aq haru repres ulang biar sinkron...
Oke dch, see you to night or sesok 🤭😂😂Cuplikan part Part 26
Arro dan Dilla menyantap makanan mereka dalam diam, hanya denting sendok dan piring yang terdengar. Dilla menelan makanannya dengan susah payah. Nikmatnya rendang tak lagi terasa di dalam mulutnya, yang ada hanya rasa hambar. Itu semua karena Tatapan tajam Arro yang tak lepas dari dirinya, membuatnya gugup dan tak nyaman.
"Emp, Ar," Dilla semakin gugup saat Arro tak menggubris panggilannya, dan hanya mengangkat sebelah alisnya. "Apa ada yang salah? Kenapa kamu menatapku seperti itu? Tatapanmu membuatku tidak nyaman." Ucap Dilla pelan dalam satu nafasnya. Dia mendorong piringnya yang masih terisi separuh lebih, selera makannya hilang sudah.
Arro menghela nafasnya pelan, "Tidak ada yang salah. Aku hanya ingin memandangmu saja, dan sepertinya ini akan menjadi hobi baruku sekarang." Jawab Arro santai dengan senyum terkembang sempurna di bibirnya. Dan jawaban Arro sukses membuat Dilla semakin gugup. Dilla refleks memegang dadanya saat merasakan jantungnya berdetak cepat.
"Aku tak akan mengambil dadamu jika itu tujuanmu memegang dadamu, tetapi jika tujuanmu memegang dadamu agar aku tidak mendengar detak jantungmu, kamu salah, karena aku akan tetap mendengar detak jantungmu walaupun kamu berada beberapa meter dariku." Dilla langsung melepaskan tangannya saat mendengar ucapan Arro yang bernada mengejek. Dilla menunduk dengan wajah bersemu merah. Tangannya saling meremas untuk menghilangkan gugup. Arro memperhatikan semua itu dengan senyum kecil di bibirnya.
"Se-sebaiknya kamu kembali ke kantor, Ar." Ucap Dilla gugup dan langsung beranjak dari duduk yang terasa tak nyaman. Dia berjalan menuju jendela kaca, memegang dada kirinya yang berdetak berbeda, terasa sangat menyesakkan. 'kenapa kali ini terasa berbeda? Tidak seperti biasanya.' Dilla memejamkan mata sambil menekan dada, berharap debaran menyesakkan itu akan segera berlalu.
Dilla membuka mata saat merasa sepasang lengan hangat melingkari perut rampingnya. Rasa hangat itu sedikit mengurangi rasa sesak yang mengimpit dada. Selalu seperti ini, dari dulu pelukan Arro selalu menenangkan.
"Kenapa, hm?" Tanya Arro sambil menyurukkan wajahnya ke ceruk leher Dilla, menghirup aroma oranye yang terasa sangat nikmat, membuat Dilla bergidik geli.
"Ak..." Dilla tak sempat menyelesaikan kalimatnya karena tiba-tiba terdengar suara ponsel.*****
"Apa?!"
"...."
"Tidak mungkin," gumam Dilla pelan di sela isakkannya. Dilla masih bisa mendengar apa yang di jelaskan oleh seseorang di sebrang melalu ponsel.
"Dimana?" Tanya Dilla serak. Wanita itu langsung berlari setelah mendengarkan jawaban lawan bicaranya dan memutuskan sambungan telepon mereka.
"Tunggu Bunda, sayang." Gumam Dilla pelan sambil terus berlari tanpa memperdulikan para karyawan resto yang terlihat panik melihatnya berlari tergesa-gesa.
****
"Mereka kehilangan banyak darah, dan darah mereka adalah darah yang langka. Stok darah yang kami dapat hanya cukup untuk satu orang, sedangkan yang membutuhkan ada dua orang." Jelas Dokter kepada seorang wanita yang duduk di seberang meja dengan penampilan berantakan.
"Apakah tidak ada lagi darah golongan itu d tempat lain, Dok?" Wanita itu bertanya dengan suara serak nan lirih, terdengar sangat putus asa, karena golongan darahnya tidak sama dengan darah yang sedang mereka butuhkan.
"Kami sudah menghubungi semua Rumah Sakit dan PMI, tetapi tetap tidak ada, Buk. Kami hanya mendapat 4 kantong, sedangkan darah yang di butuhkan adalah 8 kantong." Jawabnya pelan. Dokter itu hanya bisa menghela nafas saat melihat betapa hancur wanita itu.
"Coba Anda hubungi anggota keluarga yang lain, besar kemungkinan salah satu dari mereka ada yang cocok. Apalagi Ayah mereka, karena darah seorang anak itu cenderung sama dengan darah orang tuanya. Jika darah anda tidak sama dengan mereka, mungkin darah Ayahlah yang sama dengan mereka."
Wanita itu keluar ruangan Dokter setelah mendengar penjelasan sang Dokter tidak bisa mengurangi sesak di hatinya sama sekali.
"Bunda harus bagaimana, sayang?" Wanita itu bergumam pelan, memijat batang hidung yang terasa berdenyut sambil melangkah gontai menuju ruang ICU, tempat anak anaknya dirawat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Crumbs Of Heart
Romance21+ MENGANDUNG KONTEN DEWASA. Sudah ada WARNING!!! Belum cukup umur masih tetap baca, tanggung masing-masing. Umur di bawah 21 tapi sudah nikah, monggo. Fadilla Shaqeena hanya wanita biasa. Dia pernah merasakan luka masa lalu yang sangat dalam. Itu...