Pagi ini, mentari bersinar dengan sangat indah. Kehangatannya telah menyelimuti bumi dari dinginnya malam yang baru saja berlalu. Memberi semangat kepada semua makhluk bumi untuk memulai hari baru mereka di hari Senin setelah melewati akhir pekan yang santai. Tak terkecuali Kailasha Ghazala, yang akrab di panggil Azza. Dia adalah putri bungsu Dilla. Dari kelima anak kembarnya, hanya Azza yang perempuan. Saat ini, Azza sedang bersiap-siap untuk interviu di sebuah perusahaan. Setelah tiba di Indonesia 2 minggu yang lalu, Azza sudah mengirimkan surat lamaran kerja ke sebuah perusahaan. Dan kemarin dia mendapat email bahwa lamarannya diterima.
Pintu kamarnya terbuka, “Adek, ayo turun sarapan. Abang sudah menunggu di meja makan." suara lembut sang bunda membuat Azza berhenti sejenak dan menolehkan kepalanya kearah sang bunda. Senyum hangat sang bunda menular ke wajah ayu Azza.
"Iya, bunda. Ini adik sudah siap kok."
"Aduh cantiknya, anaknya siapa sih ini?" kata Dilla sambil berjalan mendekati putrinya itu. Matanya berkaca-kaca melihat putrinya sudah dewasa.
"Anak bunda dong. Jadi anak siapa lagi kalo bukan anak bunda? masa iya anak tetangga!" gurau Azza. Azza menghapus air mata sang bunda lalu memeluknya. "Bunda jangan menangis dong, bunda. Kan Azza jadi ikutan sedih, bun." Azza melepaskan pelukannya. Dilla tersenyum ketika mendengarkan ucapan sang putri.
"Sudah, yuk, kita turun. Nanti kamu telat lagi interviunya."
Azza dan Dilla keluar kamar menuju ke meja makan. Di sana semuanya telah menunggu mereka.
"Pagi abang-abang," sapa Azza dengan ceria. Ke empat abangnya membalas sapaannya dengan senyum hangat. "Pagi juga BunCha." sapa Azza kepada Icha dengan ceria pula, plus pelukan dan cium pipi tentunya. "Waaaahhh buryam spesial bunda, duh sarapan yang sangat sempurna ini namanya." Seru Azza heboh. Azza memang sangat suka dengan bubur ayam buatan sang bunda. Dilla tertawa melihat reaksi anak perempuannya itu.
"Sudah dek, cepat sarapan, nanti telat loh interviunya." Tegur Affa kepada adik perempuannya itu sambil memakan sarapannya.
"O iya dek, Kamu yakin mau kerja di perusahaan itu?" tanya Icha hati-hati kepada Azza. Sedangkan Azza hanya mengangguk kan kepalanya sambil bergumam sebagai jawaban.
"Bunda takut kamu kenapa-kenapa dek," ucap Dilla lirih. Entah kenapa, hatinya merasa sangat takut.
"Bunda tenang saja ya? jangan khawatir. Adek janji akan jaga diri." yakin Azza sambil menggenggam erat tangan sang bunda. "Adek juga ingin kayak abang bunda, mandiri dan bisa melihatnya dari dekat. Selama ini Adek cuma bisa lihat di teve atau majalah saja."
Semua yang ada di meja makan kaget mendengar apa yang diucap kan Azza. Keempat abangnya memandang Azza sendu. Mereka tidak menyangka, bahwa, selama ini sang adik sangat rindu akan sosok itu. Diantara mereka, memang hanya Azza yang sedikit sulit untuk melihatnya, karena selama ini dia Berada di New York bersama sang bunda. Berbeda dengan mereka yang lebih sering di Indonesia daripada di New York. Karena mereka harus mengurus perusahaan keluarga yang berpusat di Indonesia..
Air mata Dilla menetes. Dilla tidak menyangka, selama ini putri bungsu nya sangat menderita, dan itu semua karena dirinya, karena keegoisannya. Dilla semakin terisak ketika merasakan tubuhnya dipeluk oleh anak-anaknya.
"Bunda, jangan menangis ya? kami tahu kok apa yang bunda lakukan itu demi kebaikan kami semua." ucap Atha menenangkan sang bunda.
"Iya, bunda. Kami sudah cukup bahagia bunda dengan tahu siapa dia. Bunda juga tidak berusaha menutupinya dari kami." tambah Aidar yang juga berusaha menenangkan sang bunda.
Setelah Dilla cukup tenang, mereka melepas pelukan mereka. Dilla memandang wajah anak-anaknya, wajah-wajah itu kini tengah tersenyum menenangkan ke arahnya. Dilla merasa sangat jahat kepada anaknya sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Crumbs Of Heart
Romance21+ MENGANDUNG KONTEN DEWASA. Sudah ada WARNING!!! Belum cukup umur masih tetap baca, tanggung masing-masing. Umur di bawah 21 tapi sudah nikah, monggo. Fadilla Shaqeena hanya wanita biasa. Dia pernah merasakan luka masa lalu yang sangat dalam. Itu...