Level 1 - Invisible Black

1K 140 16
                                    

Break the borders of your corrupt mind

Knock on the door above the sky

♫ ♪ ♫

In Jiho's Eyes...

Wah. Menakjubkan. Tidak kusangka usaha selama dua tahunku berbuah begitu manis. Menjadi seorang gamer ternyata tidak merugikanku sama sekali. Terbukti dengan bagaimana sekarang aku bisa berdiri di tengah-tengah Town1 yang selama ini hanya kulihat dalam bentuk gambar.

Semua visualisasi di Town ini terlihat nyata. Jika saja aku tidak melihat kerlip elektrik di beberapa sudut tertentu, aku pasti mengira jika sekarang aku berdiri di tengah-tengah kota Seoul abad Joseon. Hanyang? Ah, ya. Hanyang mereka menyebutnya.

NPC2 yang ada di sini bahkan bisa berinteraksi dengan kami—meski dengan cara yang pasif dan monoton. Dan kami tidak lagi butuh keyboard untuk menyelesaikan sebuah level.

Melawan Villain, menciptakan PK3, semuanya bisa dilakukan dengan pikiran kami saja. Kami bahkan bisa terlihat di dalam duel milik pemain lain jika kami ingin. Tidak salah jika para player menyebut WorldWare sebagai game paling sempurna.

"White Horse, cepat halangi dia!" ah! Sebuah PK.

Aku tengah berdiri di tengah Town ketika kulihat segerombol pemain dari WhiteTown Country4 berusaha mencegat seorang player lain yang—ah, siapa dia? Aku tidak pernah melihat ID5 miliknya tapi ia berada di level puncak permainan ini.

"White Lion, aku berhasil menangkapnya!"

"White Bird, serang dia!"

Ah, White Lion. Dia adalah pimpinan dari WhiteTown dan terkenal sebagai seorang player tanpa belas kasih. Hah, kupikir dia hanya berusaha untuk menciptakan imej master di dalam game ini tapi yang sebenarnya ia lakukan hanyalah memeras player lain, membuat mereka kehilangan beberapa level, mengerikan.

Player lain—yang juga berada di dalam mode yang sama denganku—kini berdiri melingkar, sementara seorang player berpakaian serba-gelap ada di tengah-tengah kelompok WhiteTown.

Apa yang mereka inginkan?

"Mengapa kalian berusaha menyerangnya?" aku bersuara, meski aku tidak mengenal siapapun dari WhiteTown tapi setidaknya aku berbicara di tengah Town—dan well, semua orang mendengar apa yang aku ucapkan.

"Dia membunuh salah seorang keluarga kami!" White Lion berseru. Membunuh? Apa istilah kejam itu bisa ia gunakan di tengah sebuah game?

"Apa maksudmu dengan membunuh? Keluargamu kalah dalam PK?" tanyaku lagi, sungguh tidak mengerti dengan istilah membunuh yang sekarang White Lion gunakan.

Tidak ada yang bisa benar-benar terbunuh dalam game. Kata mati hanya kami gunakan sebagai istilah sarkatis untuk meledek 'game over' saja.

"White Tiger. Dia menurunkan White Tiger hingga dua belas level. Sekarang, White Tiger tidak lagi bisa ikut dalam survival mode6. Dia adalah player paling kejam di server ini!" White Lion lagi-lagi bersuara.

Player paling kejam? Yang benar saja. Lihat siapa yang berbicara.

Tidak lagi menunggu aku menyahut, delapan anggota WhiteTown yang ada di sana segera meluncurkan serangan bertubi-tubi. Sangat cepat dan profesional sehingga aku sendiri merasa ngeri membayangkan berapa level yang akan player lawan mereka capai lagi nanti untuk mendapat level seperti saat ini.

Menghindari efek dari serangan bertubi-tubi itu, aku akhirnya melangkah mundur. Memilih untuk menonton saja duel tidak imbang itu dalam kekaguman. Tanpa bisa berbohong, kemampuan player asing itu sangat luar biasa. Meski health bar7 miliknya berangsur-angsur turun, serangannya masih tidak berkurang.

GAME OVER [on hold]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang